Jumat, 17 Februari 2012

Al-Qur'an Dihina Gus Dur page : 6


Fokus Persoalan: Al-Qur’an, Porno, dan Ayat tentang Menyusui
Yang jadi masalah utama dalam kasus ini adalah Gus Dur menganggap bahwa Al-Qur’an itu kitab suci paling porno di dunia. Alasannya, kata Gus Dur:

“Di Alqur’an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…”

Karena permasalahannya seperti itu, maka perlu difahami lebih dulu tiga perkara:
1. Apa itu Al-Qur’an.
2. Apa itu porno.
3. Mana ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut itu, dan apakah memang itu porno.

Untuk itu, mari kita mulai bicarakan satu persatu.

A. Apakah Al-Qur’an itu?
Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr Subhi Al-Salih berarti bacaan, asal kata qara’a. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).

Di dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata Qur’an itu dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat (75) Al-Qiyamah:

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ(17)فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ(18)
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

Kemudian dipakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang dikenal sekarang ini.

Adapun definisi Al-Qur’an ialah: “Kalam Allah swt yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad saw, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al-Qur’an.

Untuk lebih memperjelas, perlu pula ditampilkan di sini beberapa definisi Al-Qur’an:

1. Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir, dengan perantaraan Al-Amin Jibril as, yang tertulis dalam mushaf, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
2. Al-Qur’an adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada pemimpin kita Muhammad saw yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah membacanya, yang menentang setiap orang (untuk menyusun walaupun) dengan (membuat) surat yang terpendek daripadanya, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
3. Al-Qur’an (dengan nama apapun ia dinamakan) adalah perkataan yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi saw yang tertulis dalam mushaf, yang disampaikan dengan mutawatir, yang dianggap sebagai ibadah, membacanya.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri dalam Kitab Ushuluddin menjelaskan tentang Al-Qur’an sebagai berikut:

Al-Qur’anul Kariem adalah firman Rabbil ‘alamien, yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.

هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9)
Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. (QS Al-hadiid/ 57: 9).

Al-Qur’anul Kariem itu kitab Allah kepada semua manusia.

إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ(41)
Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (QS Az-Zumar/ 39: 41).

Al-Qur’anul Kariem membenarkan kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil; dan jadi ukuran benar tidaknya kitab-kitab sebelumnya itu. Firman Allah Ta’ala:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. (QS Al-Maaidah/ 5: 48).

Setelah turunnya Al-Qur’an maka jadilah dia kitab untuk manusia sampai tibanya hari qiyamat. Siapa yang tidak beriman kepadanya maka kafir, akan disiksa dengan adzab di hari qiyamat, sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(49)
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS Al-An’aam/ 6 : 49).

Oleh karena agungnya Al-Qur’an dan apa-apa yang ada di dalamnya berupa ayat-ayat, mu’jizat, perumpamaan, ungkapan-ungkapan sampai pada segi kejelasan dan keindahan keterangannya, maka Allah Ta’ala berfirman:

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ(21)
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS Al-hasyr/ 59 : 21).

Allah menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang seperti Al-Qur’an atau satu surat sepertinya atau satu ayat sepertinya, maka tidak dapat dan tidak akan dapat, sebagaimana Allah swt firmankan:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا(88)
Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’. (QS Al-Israa’/ 17: 88).

Karena Al-Quranul kariem itu kitab samawi (yang turun dari langit) yang paling agung, paling sempurna, dan paling komplit dan paling akhir, maka Allah memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw, untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia, dengan firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ(67) 
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS Al-Maaidah/ 5: 67).

Karena pentingnya Al-Qur’an ini dan adanya kebutuhan umat kepadanya, maka Allah telah memuliakan kita dengan menurunkannya atas kita, dan Dia menjamin dengan menjaganya untuk kita, Dia berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ(9)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr/ 15: 9).

Al-Qur’an adalah Kitab Suci satu-satunya yang telah dijamin oleh Allah bebas dari kekurangan dan tambahan, selamat dari perobahan, dan telah dijamin keabadiannya hingga kelak diangkat pada akhir kehidupan ini.

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ(42)
Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS Fusshilat/ 41: 42).

Itulah pensifatan-pensifatan tentang Al-Qur’anul Kariem, kitab suci umat Islam sedunia, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai akhir zaman. Apakah ada tanda-tanda bahwa al-Qur’anul Kariem itu porno? Mari kita ketahui dulu apa itu porno.

B. Apa Itu Porno?
Porno yaitu tindakan, ucapan, atau materi (penampilan) yang bertentangan dengan standar/ ukuran kesusilaan seksual masyarakat. Orang barat pun kenal yang namanya porno. Porno, menurut mereka adalah kecabulan. Kecabulan yaitu tindakan, ucapan, atau materi (terutama penerbitan dan film) yang [dianggap] bertentangan dengan standard kesusilaan seksual publik. Materi cabul sering [disebut] pornografi.

Istilah kecabulan dapat juga mengacu pada manapun bahasa atau perilaku yang dipercaya untuk merusak akhlak publik. Istilah pornografi menunjuk terutama untuk tulisan atau material bergambar secara seksual tegas/eksplisit berniat terutama semata untuk menyebabkan rangsangan seksual.

Al-Qur’an yang berupa bacaan, ucapan, atau kalimat-kalimat, apakah benar secara eksplisit menyebabkan rangsangan seksual? Mari kita simak yang dijadikan contoh oleh Gus Dur yaitu tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut.

C. Ayat tentang menyusui anak
Dalam Al-Qur’an ada ayat tentang menyusui anak, yaitu:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS Al-Baqarah/ 2: 233).

Ada juga ayat tentang ibu susuan, haram dinikahi (oleh anak yang disusuinya):

وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ
Dan (diharamkan atasmu menikahi) ibu-ibumu yang menyusui kamu; (An-Nisaa’: 23).

Ayat lain lagi menunjukkan tentang penyapihan anak, dan peringatan agar bersyukur kepada Allah dan kepada dua orang tua:

وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ(14)
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman: 14).

Tentang hamil dan menyusui, ada ayat yang menjelaskan, lamanya 30 bulan:

وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al-Ahqaf: 15).

Dalam hal menyusui anak, pembahasan bukannya masalah seksual, tetapi hukum-hukum yang diakibatkan oleh penyusuan. Di antaranya ada hadits Nabi saw:

835 حَدِيثُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَهَا وَإِنَّهَا سَمِعَتْ صَوْتَ رَجُلٍ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرَاهُ فُلَانًا لِعَمِّ حَفْصَةَ مِنَ الرَّضَاعَةِ فَقَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ كَانَ فُلَانٌ حَيًّا لِعَمِّهَا مِنَ الرَّضَاعَةِ دَخَلَ عَلَيَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ إِنَّ الرَّضَاعَةَ تُحَرِّمُ مَا تُحَرِّمُ الْوِلَادَةُ *
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata: Sesungguhnya pada suatu hari, ketika Rasulullah s.a.w berada di sisi Aisyah r.a tiba-tiba dia mendengar suara seorang lelaki meminta izin di rumah Hafsah r.a. Aisyah berkata: Aku memberitahu kepada Rasulullah s.a.w: Wahai Rasulullah! Di sana ada seorang lelaki sedang meminta izin di rumah anda. Rasulullah s.a.w hanya menjawab: Aku tahu Si Polan ialah bapa saudara sepersusuan Hafsah r.a. Aisyah lantas bertanya: Wahai Rasulullah! Seandainya bapa sepersusuanku masih hidup, tentunya dia boleh menemuiku bukan¿ Rasulullah s.a.w menjawab: Benar! Karena sesungguhnya persusuan itu mengharamkan (yakni menjadikan mahram, haram dinikahi) seperti juga haram karena keturunan (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Itu sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ
Dan (diharamkan atas kamu –mengawini--) ibu-ibumu yang menyusui kamu, dan saudara perempuan sepersusuan. (QS An-Nisaa’: 23).

Ibnu Katsir menjelaskan, artinya sebagaimana kamu diharamkan (menikahi) terhadap ibu-ibu yang melahirkanmu, maka begitu juga kamu diharamkan (menikah) dengan ibu-ibu yang menyusuimu.

Ayat-ayat tentang menyusui anak itu tidak ada yang bersangkut paut dengan kepornoan. Sampai merujuk kepada definisi dari orang barat sekalipun, tidak ada jurusannya yang mengarah kepada kepornoan. Ayat-ayat tentang menyusui itu bukan memamerkan bagian tubuh untuk merangsang seks kepada orang lain. Tetapi justru mengandung nasihat yang sangat berharga, peringatan agar bersyukur, dan ada hukum-hukum yang penting di dalamnya, yaitu menyangkut keharaman untuk pernikahan (mahram) karena persusuan.

Adapun kemudian ada orang yang menganggap bahwa ayat-ayat tentang menyusui anak itu bukti porno yang paling porno, maka perlu dianalisis, kenapa orang itu sampai begitu. Nah, ditulisnya buku ini di antaranya adalah untuk menelusuri, kenapa Gus Dur sampai menganggap bahwa ayat tentang menyusui anak itu adalah bukti porno yang paling porno, hingga Al-Qur’an dia sebut kitab suci paling porno di dunia. Untuk itu, babak selanjutnya mari kita simak seutuhnya kutipan wawancara Gus dur di situs JIL, islamlib.com, berjudul Jangan Bikin Aturan Berdasarkan Islam Saja!

Dari segi judulnya saja sudah tampak menantang Islam, apalagi isinya. Maka mari kita simak seutuhnya pada lembar berikut ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar