Yang jadi masalah utama dalam kasus ini adalah Gus Dur menganggap bahwa
Al-Qur’an itu kitab suci paling porno di dunia. Alasannya, kata Gus Dur:
“Di Alqur’an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun
berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui,
ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…”
Karena permasalahannya seperti itu, maka perlu difahami lebih dulu tiga
perkara: 1. Apa itu Al-Qur’an. 2. Apa itu porno. 3. Mana ayat tentang
menyusui anak dua tahun berturut-turut itu, dan apakah memang itu
porno.
Untuk itu, mari kita mulai bicarakan satu persatu.
A. Apakah Al-Qur’an
itu? Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang
dikemukakan Dr Subhi Al-Salih berarti bacaan, asal kata qara’a. Kata Al-Qur’an
itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).
Di
dalam Al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata Qur’an itu dalam arti demikian
sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat (75) Al-Qiyamah:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ(17)فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ
قُرْءَانَهُ(18) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian
dipakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang dikenal sekarang ini.
Adapun definisi Al-Qur’an ialah: “Kalam Allah swt yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis
di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah
ibadah.”
Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi-nabi selain Nabi Muhammad saw, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Taurat
yang diturunkan kepada Nabi Musa as, atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa
as. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula
dinamakan Al-Qur’an.
Untuk lebih memperjelas, perlu pula ditampilkan di
sini beberapa definisi Al-Qur’an:
1. Al-Qur’an adalah kalamullah (firman
Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir,
dengan perantaraan Al-Amin Jibril as, yang tertulis dalam mushaf, yang
disampaikan kepada kita secara mutawatir yang dianggap sebagai ibadah
membacanya, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat
An-Naas. 2. Al-Qur’an adalah lafal berbahasa Arab yang diturunkan kepada
pemimpin kita Muhammad saw yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, yang
dianggap sebagai ibadah membacanya, yang menentang setiap orang (untuk menyusun
walaupun) dengan (membuat) surat yang terpendek daripadanya, yang dimulai dengan
surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas. 3. Al-Qur’an (dengan nama
apapun ia dinamakan) adalah perkataan yang mengandung mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi saw yang tertulis dalam mushaf, yang disampaikan dengan mutawatir,
yang dianggap sebagai ibadah, membacanya.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim
At-Tuwaijiri dalam Kitab Ushuluddin menjelaskan tentang Al-Qur’an sebagai
berikut:
Al-Qur’anul Kariem adalah firman Rabbil ‘alamien, yang telah
Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw, untuk mengeluarkan manusia dari
kegelapan kepada cahaya.
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى
عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9) Dialah yang menurunkan
kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang terhadapmu. (QS Al-hadiid/ 57: 9).
Al-Qur’anul
Kariem itu kitab Allah kepada semua manusia.
إِنَّا
أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى
فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ
بِوَكِيلٍ(41) Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al
Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk,
maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka
sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu
sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (QS Az-Zumar/
39: 41).
Al-Qur’anul Kariem membenarkan kitab-kitab sebelumnya
seperti Taurat dan Injil; dan jadi ukuran benar tidaknya kitab-kitab sebelumnya
itu. Firman Allah Ta’ala:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا
عَلَيْهِ Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. (QS Al-Maaidah/
5: 48).
Setelah turunnya Al-Qur’an maka jadilah dia kitab untuk
manusia sampai tibanya hari qiyamat. Siapa yang tidak beriman kepadanya maka
kafir, akan disiksa dengan adzab di hari qiyamat, sebagaimana firman
Allah:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ
الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(49) Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu
berbuat fasik. (QS Al-An’aam/ 6 : 49).
Oleh karena agungnya Al-Qur’an
dan apa-apa yang ada di dalamnya berupa ayat-ayat, mu’jizat, perumpamaan,
ungkapan-ungkapan sampai pada segi kejelasan dan keindahan keterangannya, maka
Allah Ta’ala berfirman:
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْءَانَ
عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ
الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُونَ(21) Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berfikir. (QS Al-hasyr/ 59 : 21).
Allah
menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang seperti Al-Qur’an atau satu
surat sepertinya atau satu ayat sepertinya, maka tidak dapat dan tidak akan
dapat, sebagaimana Allah swt firmankan:
قُلْ لَئِنِ
اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ
لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ
ظَهِيرًا(88) Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu
bagi sebagian yang lain’. (QS Al-Israa’/ 17: 88).
Karena Al-Quranul
kariem itu kitab samawi (yang turun dari langit) yang paling agung, paling
sempurna, dan paling komplit dan paling akhir, maka Allah memerintahkan
Rasul-Nya, Muhammad saw, untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia, dengan
firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ
يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ(67) Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir. (QS Al-Maaidah/ 5: 67).
Karena pentingnya Al-Qur’an ini
dan adanya kebutuhan umat kepadanya, maka Allah telah memuliakan kita dengan
menurunkannya atas kita, dan Dia menjamin dengan menjaganya untuk kita, Dia
berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ
لَحَافِظُونَ(9) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr/ 15: 9).
Al-Qur’an adalah Kitab Suci satu-satunya yang telah dijamin oleh
Allah bebas dari kekurangan dan tambahan, selamat dari perobahan, dan telah
dijamin keabadiannya hingga kelak diangkat pada akhir kehidupan
ini.
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا
مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ(42) Yang tidak datang
kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang
diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS Fusshilat/ 41:
42).
Itulah pensifatan-pensifatan tentang Al-Qur’anul Kariem, kitab
suci umat Islam sedunia, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai akhir zaman.
Apakah ada tanda-tanda bahwa al-Qur’anul Kariem itu porno? Mari kita ketahui
dulu apa itu porno.
B.
Apa Itu Porno? Porno yaitu tindakan, ucapan, atau materi
(penampilan) yang bertentangan dengan standar/ ukuran kesusilaan seksual
masyarakat. Orang barat pun kenal yang namanya porno. Porno, menurut mereka
adalah kecabulan. Kecabulan yaitu tindakan, ucapan, atau materi (terutama
penerbitan dan film) yang [dianggap] bertentangan dengan standard kesusilaan
seksual publik. Materi cabul sering [disebut] pornografi.
Istilah
kecabulan dapat juga mengacu pada manapun bahasa atau perilaku yang dipercaya
untuk merusak akhlak publik. Istilah pornografi menunjuk terutama untuk tulisan
atau material bergambar secara seksual tegas/eksplisit berniat terutama semata
untuk menyebabkan rangsangan seksual.
Al-Qur’an yang berupa bacaan,
ucapan, atau kalimat-kalimat, apakah benar secara eksplisit menyebabkan
rangsangan seksual? Mari kita simak yang dijadikan contoh oleh Gus Dur yaitu
tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut.
C. Ayat tentang menyusui anak Dalam
Al-Qur’an ada ayat tentang menyusui anak, yaitu:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ
أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ Para ibu hendaklah menyusui
anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. (QS Al-Baqarah/ 2: 233).
Ada juga ayat tentang ibu susuan,
haram dinikahi (oleh anak yang disusuinya):
وَأُمَّهَاتُكُمُ
اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ Dan (diharamkan atasmu menikahi) ibu-ibumu
yang menyusui kamu; (An-Nisaa’: 23).
Ayat lain lagi menunjukkan
tentang penyapihan anak, dan peringatan agar bersyukur kepada Allah dan kepada
dua orang tua:
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ(14) dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (QS Luqman: 14).
Tentang hamil dan menyusui,
ada ayat yang menjelaskan, lamanya 30 bulan:
وَحَمْلُهُ
وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan. (QS Al-Ahqaf: 15).
Dalam hal menyusui anak,
pembahasan bukannya masalah seksual, tetapi hukum-hukum yang diakibatkan oleh
penyusuan. Di antaranya ada hadits Nabi saw:
835 حَدِيثُ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَهَا وَإِنَّهَا سَمِعَتْ صَوْتَ رَجُلٍ يَسْتَأْذِنُ فِي
بَيْتِ حَفْصَةَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا رَجُلٌ
يَسْتَأْذِنُ فِي بَيْتِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُرَاهُ فُلَانًا لِعَمِّ حَفْصَةَ مِنَ الرَّضَاعَةِ فَقَالَتْ
عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ كَانَ فُلَانٌ حَيًّا لِعَمِّهَا مِنَ
الرَّضَاعَةِ دَخَلَ عَلَيَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَعَمْ إِنَّ الرَّضَاعَةَ تُحَرِّمُ مَا تُحَرِّمُ الْوِلَادَةُ *
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata: Sesungguhnya pada suatu
hari, ketika Rasulullah s.a.w berada di sisi Aisyah r.a tiba-tiba dia mendengar
suara seorang lelaki meminta izin di rumah Hafsah r.a. Aisyah berkata: Aku
memberitahu kepada Rasulullah s.a.w: Wahai Rasulullah! Di sana ada seorang
lelaki sedang meminta izin di rumah anda. Rasulullah s.a.w hanya menjawab: Aku
tahu Si Polan ialah bapa saudara sepersusuan Hafsah r.a. Aisyah lantas bertanya:
Wahai Rasulullah! Seandainya bapa sepersusuanku masih hidup, tentunya dia boleh
menemuiku bukan¿ Rasulullah s.a.w menjawab: Benar! Karena sesungguhnya persusuan
itu mengharamkan (yakni menjadikan mahram, haram dinikahi) seperti juga haram
karena keturunan (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Itu sesuai dengan ayat
Al-Qur’an:
وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ
وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ Dan (diharamkan atas kamu
–mengawini--) ibu-ibumu yang menyusui kamu, dan saudara perempuan sepersusuan.
(QS An-Nisaa’: 23).
Ibnu Katsir menjelaskan, artinya sebagaimana
kamu diharamkan (menikahi) terhadap ibu-ibu yang melahirkanmu, maka begitu juga
kamu diharamkan (menikah) dengan ibu-ibu yang menyusuimu.
Ayat-ayat
tentang menyusui anak itu tidak ada yang bersangkut paut dengan kepornoan.
Sampai merujuk kepada definisi dari orang barat sekalipun, tidak ada jurusannya
yang mengarah kepada kepornoan. Ayat-ayat tentang menyusui itu bukan memamerkan
bagian tubuh untuk merangsang seks kepada orang lain. Tetapi justru mengandung
nasihat yang sangat berharga, peringatan agar bersyukur, dan ada hukum-hukum
yang penting di dalamnya, yaitu menyangkut keharaman untuk pernikahan (mahram)
karena persusuan.
Adapun kemudian ada orang yang menganggap bahwa
ayat-ayat tentang menyusui anak itu bukti porno yang paling porno, maka perlu
dianalisis, kenapa orang itu sampai begitu. Nah, ditulisnya buku ini di
antaranya adalah untuk menelusuri, kenapa Gus Dur sampai menganggap bahwa ayat
tentang menyusui anak itu adalah bukti porno yang paling porno, hingga Al-Qur’an
dia sebut kitab suci paling porno di dunia. Untuk itu, babak selanjutnya mari
kita simak seutuhnya kutipan wawancara Gus dur di situs JIL, islamlib.com,
berjudul Jangan Bikin Aturan Berdasarkan Islam Saja!
Dari segi judulnya
saja sudah tampak menantang Islam, apalagi isinya. Maka mari kita simak
seutuhnya pada lembar berikut ini. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar