TIGA
Tentang Apakah Manusia Biasanya Berfikir?
Dalam bab terdahulu telah disebutkan bahwa kebanyakan manusia tidak
berpikir sebagaimana seharusnya mereka berpikir dan tidak mengembangkan sarana
dan potensi berpikir mereka. Namun ada satu hal lagi yang penting untuk
dijelaskan di sini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal tertentu selalu
terlintas dalam benak manusia setiap saat sepanjang hidupnya. Hampir tidak ada
masa, kecuali ketika tidur, dimana pikiran manusia benar-benar kosong.
Sayangnya, sebagian besar dari pikiran-pikiran ini tidak berguna, "sia-sia" dan
"tidak perlu", sehingga tidak akan bermanfaat di akherat kelak, tidak menuntun
ke arah yang benar dan tidak mendatangkan kebaikan kepadanya.
Andaikata seseorang berusaha untuk mengingat apa-apa yang telah
dipikirkannya pada suatu hari, lalu mencatat dan memeriksanya dengan seksama di
penghujung hari tersebut, ia akan melihat betapa sia-sianya kebanyakan dari apa
yang telah ia pikirkan. Andaikata ia menemukan sebagian dari padanya bermanfaat,
maka boleh jadi ia tertipu. Sebab secara keseluruhan, pikiran-pikiran yang
menurutnya benar adakalanya ternyata tidak akan mendatangkan keuntungan
sedikitpun di akhirat.
Seperti halnya membuang waktu dengan melakukan pekerjaan yang
sia-sia dalam kehidupan sehari-hari, manusia adakalanya pula menghabiskan
waktunya secara sia-sia dengan terbawa oleh pikiran-pikiran yang tidak
bermanfaat. Dalam ayat: "Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman…yaitu…(dan) orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna" (QS. Al-Mukminun, 23
:1&3) Allah mengajak manusia agar bersungguh-sungguh dalam masalah
ini. Sudah pasti bahwa perintah Allah di ayat tersebut juga berlaku dalam hal
berpikir. Sebab pikiran-pikiran yang tidak terkendali akan terus-menerus
mengalir dalam benak seseorang. Seseorang dengan sadar mengalihkan pikirannya
dari satu hal ke hal lain. Ketika sedang dalam perjalanan pulang ke rumah,
seseorang memikirkan rencana untuk berbelanja. Mendadak kemudian ia berpikir
tentang hal lain, yakni apa-apa yang pernah dikatakan temannya satu atau dua
tahun yang lalu. Pikiran yang tidak terkontrol dan tidak berguna ini dapat
berlangsung terus-menerus sepanjang hari. Padahal, yang kuasa mengontrol
pikiran-pikiran tersebut adalah dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan
untuk memikirkan sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan dirinya; meningkatkan
keimanan, kemampuan berpikir, perilaku; serta memperbaiki keadaan
sekelilingnya.
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang pada umumnya
cenderung dipikirkan oleh mereka yang berada dalam kelalaian. Alasan mengapa
masalah tersebut dijelaskan secara panjang lebar adalah agar orang-orang yang
lalai, dan yang membaca buku ini, segera menyadari bahwa ketika di kemudian hari
peristiwa yang sebagaimana disebutkan di buku ini terlintas dalam benak mereka
ketika dalam perjalanan ke tempat kerja atau ke sekolah; atau ketika sedang
melakukan pekerjaan yang rutin, mereka tidak lagi berpikir tentang hal-hal yang
sia-sia. Sebaliknya mereka akan mampu mengendalikan pikiran-pikiran mereka dan
berpikir segala sesuatu yang benar-benar berguna bagi diri mereka.
Khayalan yang tidak bermanfaat.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik akan
mengakibatkan seseorang seringkali merasa khawatir atau mengalami
peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi seolah-olah telah terjadi
dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan.
Misalnya, orang tua yang mempunyai anak yang tengah belajar untuk
menghadapi ujian kadangkala membuat sebuah skenario sebelum ujian tersebut
berlangsung dalam benaknya: "Apa yang akan terjadi jika anaknya tidak lulus
ujian? Jika anak laki-lakinya tidak memperoleh pekerjaan yang layak di masa
depan, mendapatkan penghasilan yang cukup, maka ia tidak dapat menikah. Kalaulah
ia menikah, bagaimana ia dapat membiayai pernikahannya? Jika ia tidak lulus
ujian, semua uang yang dikeluarkan untuk persiapan ujian tersebut akan terbuang
percuma. Tambahan lagi, ia akan terhina di mata orang-orang. Apalagi jika anak
laki-laki teman dekatnya ternyata lulus sedang anaknya sendiri gagal…"
Khayalan-khayalan tersebut terus berkembang, padahal anaknya belum
melaksanakan ujian. Seseorang yang jauh dari agama akan mudah terbawa oleh
khayalan sia-sia yang serupa sepanjang hidupnya. Hal ini tentu ada sebabnya.
Al-Qur'an menyebutkan bahwa yang menyebabkan manusia terbelenggu oleh khayalan
atau angan-angan kosong adalah dikarenakan mereka membiarkan telinga mereka
dibisiki oleh syaitan:
"Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka ..." (QS. An-Nisaa’, 4:
119)
Sebagaimana termaktub dalam ayat di atas, mereka yang terbawa oleh
khayalan kosong, akan melupakan Allah, tidak berpikir, dan senantiasa menerima
bisikan-bisikan syaitan. Dengan kata lain, jika seseorang yang tertipu oleh
kehidupan dunia tidak menggunakan kekuatan tekad mereka, tidak bertindak secara
sadar dan berusaha meninggalkan kondisi yang demikian, ia akan berada dalam
kendali syaitan secara penuh. Satu diantara pekerjaan syaitan yang patut
diketahui adalah senantiasa menimbulkan keragu-raguan dan khayalan-khayalan
kosong dalam diri manusia. Oleh karena itu, segala khayalan, perasaan putus asa
dan kekhawatiran seperti: "apa yang akan saya perbuat jika akan terjadi yang
demikian" terbentuk dalam benak seseorang akibat bisikan-bisikan syaitan.
Allah telah memberikan jalan keluar dari keadaan yang buruk ini.
Dalam Al-Qur'an, ketika niatan-niatan jahat syaitan melingkupi manusia, mereka
dianjurkan untuk minta perlindungan kepada Allah dan mengingat-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan
fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak
henti-hentinya (menyesatkan)" (QS. Al-A’raaf, 7: 201-202)
Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, mereka yang berpikir
akan dapat mengetahui mana yang benar, sebaliknya mereka yang tidak berpikir
akan menuju ke arah mana saja syaitan menyeret mereka.
Yang terpenting adalah mengetahui bahwa khayalan-khayalan semacam
ini tidak akan mendatangkan manfaat kepada manusia. Bahkan sebaliknya,
menghambat mereka dari memikirkan tentang kebenaran, hal-hal yang penting; dan
mencegah kebersihan akal dari segala hal yang sia-sia. Manusia mampu berpikir
secara benar jika akalnya telah bebas dari pikiran yang sia-sia dan tidak
bermanfaat. Dengan demikian, mereka "menghindarkan diri dari apapun yang tidak
bermanfaat" sebagaiman Allah perintahkan dalam Al-Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar