BUKTI ILMIAH DAN MUKJIZAT AL-QUR'AN
Al-Qur'an diturunkan pada 14 abad yang lalu oleh Allah. Al-Qur'an
bukan buku ilmiah. Akan tetapi, kitab ini mencakup beberapa penjelasan ilmiah
dalam tautan keagamaannya. Penjelasan ini tidak pernah bertentangan dengan
temuan-temuan ilmu modern. Sebaliknya, fakta-fakta tertentu yang baru ditemukan
dengan teknologi abad ke-20 itu sebenarnya telah diungkapkan dalam Al-Qur'an 14
abad silam. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an merupakan salah satu bukti
terpenting yang menegaskan keberadaan Allah.
MEMANDANG ALAM SEMESTA DENGAN KACAMATA
AL-QUR'AN
Menurut data yang diperoleh pada abad ke-20, ternyata bahwa alam
semesta ini menjadi ada secara tiba-tiba setelah sebelumnya tidak ada. Teori ini
dikenal sebagai teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) yang berpandangan bahwa alam
semesta ini pada mulanya terjadi dengan peledakan. Kita mengkaji teori ini dalam
konteks historisnya yang terdukung dengan bukti-bukti ilmiah pada Bab Dua yang
berjudul "Ada dari Tiada". Pada bab ini, kita akan mengamati bagaimana Allah
menyatakan kepada kita beberapa fakta ilmiah mengenai penciptaan alam semesta
dalam Al-Qur'an.
Ada bukti yang sangat kuat yang mendukung teori Ledakan Dahsyat.
Meluasnya alam semesta merupakan salah satunya dan bukti yang paling signifikan
mengenai hal ini adalah saling menjauhnya galaksi-galaksi dan benda-benda
langit. Untuk memahami dengan lebih baik, alam semesta bisa dibayangkan sebagai
permukaan balon yang digelembungkan. Seperti halnya bagian-bagian permukaan
balon yang saling menjauh ketika balon digelembungkan, begitu jugalah angkasa
yang saling menjauh tatkala alam semesta meluas.
Dalam hal ini, mari kita rujuk ke ayat Al-Qur'an yang relevan. Pada
satu ayat, berikut ini dinyatakan mengenai penciptaan alam semesta:
Dengan kekuasaan Kami membangun cakrawala, dan
Kami yang menciptakan angkasa luas. (Surat adz-Dzaariyaat, 47)
Pada ayat lain yang mengacu pada langit, difirmankan:
Tidakkah orang-orang kafir mengerti bahwa
langit dan bumi semula terpadu (sebagai satu kesatuan dalam penciptaan), lalu
keduanya Kami pisahkan? Dan dari air Kami jadikan segalanya hidup. Tidakkah
mereka mau beriman juga? (Surat al-Anbiyaa', 30)
Kata-asal "ratk" tang diterjemahkan sebagai "terpadu" di ayat ini,
berarti "sesuatu yang tertutup, padat, kedap, bergabung menjadi satu dalam massa
yang berat" menurut kamus-kamus Arab. Maksudnya, ini dipakai untuk dua potong
yang berlainan yang membentuk entitas. Pernyataan "pisahkan" adalah kata-kerja
"fatk" dalam bahasa Arab dan ini berarti memecah obyek dalam keadaan "ratk".
Sebagai misal, penumbuhan benih dan tampilan pucuk-pucuknya di bumi diungkapkan
dengan kata-kerja ini. Kini, mari kita lihat kembali ayat yang menunjukkan bahwa
langit dan bumi itu dalam keadaan "ratk", lalu keduanya diartikan "dipisahkan"
dalam artian katakerja "fatk". Maksudnya, yang satu menerobos yang lain dan
membuat jalan keluarnya. Sungguh, bila kita mengingat kejadian pertama Ledakan
Dahsyat, kita lihat bahwa bintik yang disebut telur kosmik itu mengandung semua
bahan alam semesta. Segala sesuatu, bahkan "langit dan bumi" yang belum tercipta
pun, terkandung di bintik ini dalam keadaan "ratk". Sesudah itu, telur kosmik
ini meledak, kemudian semua zat menjadi "fatk".
Bila kita bandingkan ungkapan-ungkapan di ayat ini dengan bukti
ilmiah, kita lihat bahwa ungkapan-ungkapan ini sangat bersesuaian. Yang cukup
menarik, temuan-temuan ini belum ada sebelum abad ke-20.
PENCIPTAAN LANGIT
Steven Weinberg, pengarang buku The First Three Minutes, pernah
menegaskan bahwa sepintas lalu, tampaknya langit mungkin merupakan suatu "alam
tak berubah" yang kokoh. Sesungguhnya, awan-awan berarak-arakan mengejar bulan,
kolong langit biru mengelilingi bintang kutub, bulan itu sendiri membesar dan
mengecil dalam waktu yang lebih lama, dan bulan dan planet-planet bergerak
melalui suatu bidang yang ditentukan oleh bintang-bintang. Akan tetapi, kita
tahu bahwa semua ini kejadian setempat yang disebabkan oleh pergerakan dalam
sistem matahari kita. Weinberg juga menambahkan bahwa di belakang planet-planet,
bintang-bintang tampaknya tidak bergerak.
Demi langit yang pebuh jalan-jalan. (Surat adz-Dzaariyaat, 7) |
Memang, dengan pengamatan ke arah langit sepintas lalu, kita merasa
bahwa segala benda itu sangat stabil dan tetap. Namun demikian, ini tidak benar.
Terdapat kegiatan besar di langit dan fakta ini, yang tak telihat oleh mata
telanjang, yang telah tercatat berabad-abad yang lalu di Al-Qur'an.
Terdapat banyak ayat di Al-Qur'an yang mengacu pada langit,
kebanyakan dalam bentuk jamak. Kata "samawat", yang bermakna "langit-langit",
dalam bahasa Arab berarti angkasa dan atmosfir bumi.
Hal pertama yang akan kita bahas di sini adalah penggunaan kata
"langit" dengan bentuk jamak. Penggunaan bentuk jamak ini merupakan salah satu
dari mukjizat Al-Qur'an. Sekarang mari kita jelaskan mengapa.
Bayangkan bahwa anda keluar di udara terbuka dan mengarahkan kepala
anda menujui langit. Apa yang anda lihat? Jika musim panas, anda akan melihat
langit biru cerah atau beberapa awan melayang di langit; dan jika musim dingin,
langit abu-abu berkabut tertutup oleh awan. Apa pun yang anda lihat, anda tidak
akan mampu melihat atmosfir yang mengelilingi bumi. Anda tak akan pernah tahu
bahwa atmosfir ini tersusun dari beberapa lapisan. Bahwa Al-Qur'an membuat acuan
rinci ini yang tak teramati dengan mata telanjang itu merupakan sepotong bukti
besar bahwa inilah kata-kata Allah:
Dia yang menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis; tak akan kau lihat ketidakseimbangan dalam ciptaan (Allah) Yang
Maha Pemurah. Balikkanlah pandanganmu sekali lagi, tampakkah olehmu ada yang
cacat? Lalu ulanglah pandanganmu sekali lagi; pandanganmu akan berbalik
kepadamu, letih dan membingungkan. (Surat al-Mulk, 3-4)
Angkasa bisa dibayangkan sebagai rongga besar: rongga amat besar
yang tak berbatas, suatu rongga yang mengandung bintang-bintang, planet-planet,
dan benda-benda yang bergerak. Akan tetapi, angkasa itu bukan rongga itu
sendiri. Angkasa merupakan suatu "sistem" yang terdiri atas berbagai bintang,
sistem matahari, planet, satelit, dan komet yang semuanya tak terhitung
banyaknya. Telah dinyatakan dalam Al-Qur'an bahwa langit dan angkasa diciptakan
tanpa cacat dalam "tatanan besar":
Tidakkah mereka melihat langit di atas mereka?
Bagaimana Kami membuatnya dan menghiasinya, dan tiada cacat padanya? (Surat
Qaaf, 6)
BINTANG DAN PLANET
Mari kita amati maksud kata "bintang" dalam Al-Qur'an.
Bintang-bintang yang ditunjukkan dengan kata "najm" (bintang) dan "kandil"
(pelita) mempunyai dua fungsi utama seperti yang tersirat dalam ayat-ayat.
Mereka sumber cahaya dan dimanfaatkan untuk navigasi.
Terutama dalam ayat-ayat yang menggambarkan hari kebangkitan,
ditekankan bahwa cahaya bintang keluar dan menjadi mengecil. Untuk matahari,
yang merupakan bintang juga, dipakai kata "kandil". Kata "kandil" digunakan juga
bila mengacu pada bintang-bintang yang menghiasi langit. Sekalipun demikian, ada
perbedaan yang amat penting ketika kata "nur" (sinar) dipakai untuk bulan.
Dengan cara ini, bintang dan bukan bintang saling berbeda. Fakta ini, yang tidak
mungkin diketahui 14 abad silam, merupakan satu mukjizat Al-Qur'an.
Kita telah menyebutkan bahwa fungsi-kedua bintang-bintang
sebagaimana yang dirujuk dalam ayat-ayat itu merupakan pedoman navigasi. Ayat
ini menjelaskan bahwa manusia dapat menentukan arah dengan bantuan bintang di
langit. Di semua ayat ini, kata "najm" digunakan. Sungguh, sebelum penemuan
kompas, yang mempunyai peran yang sangat penting pada awal-mula penemuan
geografis pada Zaman Pertengahan, navigasi hanya bisa terwujud dengan bantuan
bintang-bintang pada perjalanan malam hari.
Bagaimana mungkin bahwa bintang-bintang menunjukkan arah? Ini
mungkin hanya jika tersusun dalam suatu tatanan di tempat tinggal tetap mereka.
Jika suatu bintang terlihat di suatu tempat pada suatu malam, dan di tempat lain
pada malam lain, maka dengan ini mustahil mendapatkannya. Dalam komnteks ini,
tempat tertentu yang di situ bintang-bintang muncul di langit menjadi sangat
penting. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Selanjutnya, Aku bersumpah demi tempat-tempat
terbenamnya bintang-bintang, dan itu sungguh suatu sumpah yang amat besar kalau
kamu tahu. (Surat al-Waaqi'ah, 75-76)
MATAHARI DAN BULAN
Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menyebut matahari dan bulan.
Bila kata-kata Arab ini diselidiki, terungkaplah sifat yang menarik. Pada
ayat-ayat ini, kata "siraj" (lampu) dan "wahhaj" (terang-membara) dipakai untuk
matahari. Untuk bulan, kata "munir" (cerah berbinar-binar) digunakan. Sungguh,
manakala matahari menghasilkan panas dan cahaya yang amat besar sebagai akibat
dari reaksi nuklir di dalam, bulan hanya memantulkan cahaya yang diterimanya
dari matahari. Ayat-ayat yang menunjukkan perbedaan ini adalah:
Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis, dan membuat bulan yang bercahaya di antaranya, dan
membuat matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? (Surat Nuuh, 15-16)
Telah Kami bangun di atas kamu tujuh cakrawala
dan menempatkan (di situ) cahaya yang cemerlang. (Surat an-Nabaa',
12-13)
Mahasuci Dia Yang telah menjadikan gugusan
bintang di langit dan menempatkan sebuah pelita (yang cemerlang) dan sebuah
bulan yang memberi penerangan. (Surat al-Furqaan, 61)
Perbedaan antara matahari dan bulan itu sungguh merupakan bukti di
ayat ini. Yang satu dilukiskan sebagai sumber cahaya dan yang lain sebagai
pemantul cahaya. Mustahil rincian seperti itu telah diketahui pada waktu itu.
Baru berabad-abad kemudian manusia mulai mempunyai pengetahuan ini. Karena itu,
fakta bahwa informasi ini telah diberikan di Al-Qur'an merupakan satu bukti
bahwa Al-Qur'an diwahyukan oleh Tuhan.
Sekarang, mari kita alihkan perhatian kita ke karakteristik hebat
lainnya yang terdapat pada benda-benda langit-yang merupakan pergerakan mereka
di angkasa.
ORBIT YANG TERPAPAR DI AL-QUR'AN
Di atas, kita telah menyatakan bahwa benda-benda langit bergerak di
angkasa. Pergerakan-pergerakan ini terkendali sepenuhnya dan semua benda
bergerak dalam suatu orbit yang terhitung. Dalam Al-Qur'an, ayat-ayat tertentu
mengacu pada pergerakan matahari dan bulan sebagai berikut:
"Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan (secara eksak)." (Surat
ar-Rahmaan, 5). "Tiada semestinya matahari menyusul bulan, dan malam tak akan
mendahului siang. Masing-masing berenang dalam garis edarnya." (Surat Yaasiin,
40). Sebuah ayat lain menyatakan efek yang sama:
Dialah Yang menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing berenang dalam garis edarnya. (Surat
al-Anbiyaa', 33)
Menurut sebuah teori mutakhir yang terakui, benda-benda yang padat
dan sangat besar di alam semesta memaksakan kekuatan gravitasi terhadap
benda-benda yang lebih kecil. Sebagai misal, bulan membuat orbit mengelilingi
bumi, yang mempunyai volume yang lebih besar. Bumi dan planet-planet lain di
tatasurya ini bergerak di suatu orbit mengelilingi matahari. Masih ada sistem
besar lain yang dikelilingi oleh matahari di suatu orbit. Hal terpenting di
semua rincian ini adalah bahwa tak satu pun dari bintang, planet, dan
benda-benda lainnya di angkasa bergerak secara tak terkendali, memotong orbit
lain, atau pun saling berbenturan.
Al-Qur'an mengisyaratkan pergerakan benda-benda secara serasi ini
sebagai berikut:
Demi langit yang pebuh jalan-jalan. (Surat
adz-Dzaariyaat, 7)
Matahari, sebagai salah satu dari trilyunan bintang di alam
semesta, melakukan perjalanan lebih dari 17 juta kilometer per hari di angkasa.
Perjalanan matahari ini ditunjukkan oleh Allah sebagai berikut:
Dan matahari beredar menurut waktu yang sudah
ditentukan baginya; itulah ketentuan Yang Mahaperkasa, Mahatahu. (Surat Yaasiin,
38)
ATAP YANG TERJAGA BAIK
Kami jadikan langit sebagai atap yang terjaga
baik, tetapi mereka berpaling dari tanda-tanda yang ada. (Surat al-Anbiyaa',
32)
Hampir semua orang pernah melihat gambar permukaan bulan. Struktur
permukaan ini sangat tidak rata karena kejatuhan meteor-meteor yang tak
terhitung jumlahnya. Besarnya kawah-kawah yang terbentuk dengan meteor-meteor
ini merupakan karakter bulan yang paling khas. Segala stasiun angkasa atau
tempat tinggal yang didirikan di permukaan bulan tanpa dengan perisai khusus
akan sangat berkemungkinan untuk rata dengan tanah. Satu-satunya cara untuk
mencegahnya adalah "menjaga"-nya dengan berbagai cara.
Rincian ini, yang hampir tidak pernah kita pikirkan, disediakan
bagi bumi dengan cara yang sangat alamiah. Karena itu, orang-orang tidak perlu
mengambil tindakan ekstra untuk bertahan hidup. Atmosfer bumi menghancurkan
semua meteor besar dan kecil yang mendekati bumi, menyaring sinar yang berbahaya
di angkasa dan, dengan demikian, melaksanakan proses yang vital demi
kelangsungan hidup manusia.
Banyak sinar yang berbahaya-dan bahkan fatal-mencapai bumi dari
matahari dan bintang-bintang lain. Sumber utama sinar-sinar yang berbahaya ini
terutama adalah ledakan energi, "kobaran" di matahari, bintang terdekat dengan
bumi.
Selama matahari ini bersorot, suatu awan plasma terlempar ke
angkasa dengan kecepatan 1.500 km/detik. Awan plasma ini, yang tersusun dari
proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif, menghantarkan
listrik. Ketika awan itu mendekati bumi dengan kecepatan 1.500 km/detik, awan
ini mulai menghasilkan arus listrik di bawah pengaruh bidang magnet di
sekeliling bumi. Di sisi lain, bidang magnetik bumi itu mengerahkan gaya
pendorong terhadap awan plasma tersebut yang mengalir langsung melalui ini. Gaya
ini menghentikan pergerakan awan itu dan menjaganya pada jarak tertentu. Kini,
mari kita amati daya awan plasma yang "dihentikan" sebelum mencapai bumi.
Walaupun awan plasma itu tertahan oleh bidang magnetik bumi,
pengaruhnya masih tercerap dari bumi. Dengan mengikuti kobaran kuat tersebut,
transformer-transformer bisa meledak di saluran-saluran yang bertegangan tinggi,
jaringan komunikasinya bisa putus atau gabungan jaringan listriknya bisa
berhamburan.
Di suatu ledakan bintik-matahari, energi yang diluncurkan akan
terhitung sama dengan 100 trilyun kali energi bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima. Limapuluh-delapan jam sesudah kobaran, aktivitas yang menonjol bisa
diamati pada jarum kompas, dan panasnya melonjak sampai 2.500 C pada ketinggian
sekitar 250 kilometer di atas atmosfir.
Jika "atap yang terjaga baik tidak ada, akan ada bencana di bumi lebih dari yang terlukis di gambar ini. |
Sekalipun demikian, arus partikel lain disebarkan dari matahari
dengan kecepatan yang relatif lebih rendah, kira-kira 400 km/detik. Ini disebut
"angin matahari." Angin matahari dikendalikan dengan lapisan partikel bermuatan
yang disebut "Lajur Radiasi Van Allen" yang dihasilkan di bawah pengaruh bidang
magnetik bumi dan, dengan demikian, tidak membahayakan bumi. Pembentukan lapisan
ini dimungkinkan karena karakteristik inti bumi. Inti ini mengandung logam-logam
magnetik seperti besi dan nikel. Yang lebih penting adalah bahwa nukleusnya
tersusun dari dua struktur yang berbeda. Inti dalamnya padat, sedangkan inti
luarnya cair. Dua lapisan inti ini masing-masing berputar. Pergerakan ini
menciptakan efek magnetik di logam-logam yang mengarah pada pembentukan bidang
magentik. Lajur Van Allen itu merupakan perpanjangan dari bidang magnetik ini
yang merentang ke jangkauan atmofir terluar. Bidang magnetik ini melindungi bumi
terhadap bahaya-bahaya yang mungkin berasal dari angkasa. Angin-angin matahari
tidak bisa lewat melalui Lajur Van Allen, 40.000 mil dari bumi. Bila dalam
bentuk partikel-partikel yang bermuatan listrik, mereka menjumpai bidang
magnetik ini, terurai dan tersebar di sekitar lajur ini.
Tepat seperti Lajur Van Allen, atmosfir bumi juga melindungi bumi
dari efek-efek angkasa yang merusak. Kami menyebutkan bahwa atmosfir melindungi
bumi dari meteor. Akan tetapi, ini bukan hanya ciri atmosfir. Sebagai misal,
suhu minus 273 di angkasa luar, yang disebut "nol mutlak" yang akan berdampak
fatal bagi orang-orang, sedangkan suhu di atmosfir bumi lebih tinggi secara
permanen.
Yang lebih menarik adalah bahwa atmosfir hanya membiarkan masuk
sinar-sinar, gelombang-gelombang radio, dan cahaya-cahaya yang tidak berbahaya,
karena ini merupakan unsur-unsur yang vital bagi kehidupan. Sinar ultraviolet,
yang hanya dibiarkan masuk sebagian oleh atmosfir, sangat penting untuk
fotosintesis tanaman dan untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Pancaran
ini, yang terpancar dengan sangat kuat dari matahari ke bumi, disaring melalui
lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian yang diperlukan saja yang mencapai
bumi. Sinar matahari adalah salah satu persyaratan hidup yang paling
mendasar.
Singkatnya, terdapat suatu sistem hebat yang berfungsi di bumi yang
mencakup-diri dan melindunginya dari bahaya luar. Dalam Al-Qur'an, keadaan bumi
yang berperisai diungkapkan dengan ayat berikut ini:
Dan Kami telah menjadikan langit (sebagai) atap
yang terjaga baik; (namun) mereka berpaling dari ayat-ayat ini. (Surat
al-Anbiyaa', 32)
Tiada keraguan bahwa pada abad ke-7, mengetahui perlindungan
atmosfir atau pun keberadaan Lajur Van Allen adalah mustahil. Sekalipun begitu,
ungkapan "atap yang terjaga baik" menjelaskan dengan sempurna
perantara-perantara pelindung di sekitar bumi yang belum ditemukan hingga zaman
modern. Jadi, ayat tersebut yang menyebut langit sebagai "atap yang terjaga
baik" menunjukkan bahwa al-Qur'an dikirim oleh Sang Pencipta Yang berpengetahuan
atas segala sesuatu.
Dialah Yang menjadikan bumi tunduk kepadamu, maka berjalanlah kalian di penjuru-penjurunya, dan makanlah dari rizqi-Nya. Dan kepada-Nya semua akan dibangkitkan. (Surat al-Mulk, 15) |
RELATIVITAS WAKTU
Relativitas waktu adalah fakta ilmiah yang terbukti saat ini. Akan
tetapi, hingga Einstein mengetengahkan "teori relativitas" pada awal abad 20,
tak seorang pun mengira bahwa waktu bisa relatif dan bergantung pada kecepatan
dan massa.
Namun ada pengecualian! Al-Qur'an telah mengeluarkan informasi
tentang relativitas waktu! Tiga ayat mengenai hal ini ialah:
Mereka meminta kepadamu supaya azab dipercepat,
tetapi Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sungguh, satu hari menurut Allah
seperti seribu tahun dalam perhitungan kamu. (Surat al-Hajj, 47)
Ia mengatur semua urusan dari langit sampai ke
bumi, kemudian (semua itu) kembali kepada-Nya dalam satu hari, yang kadarnya
seribu tahun menurut perhitungan kamu. (Surat as-Sajdah, 5)
Para malikat dan roh naik kepada-Nya pada suatu
hari yang ukurannya limapuluh ribu tahun. (Surat al-Ma'aarij, 4)
Sebagai kitab yang diwahyukan pertama kali pada 610, Al-Qur'an yang
menyiratkan relativitas yang sangat dini merupakan bukti lain bahwa inilah kitab
ilahi.
PERPUTARAN BUMI
Bahasa Arab, bahasa pewahyuan Al-Qur'an, merupakan bahasa yang maju
dan sangat kaya. Kosakatanya sangat luas dan variasi kata-katanya banyak. Karena
alasan ini, beberapa kata verbal Arab tidak bisa diterjemahkan ke berbagai
bahasa dengan kata tunggal. Sebagai contoh, kata "hasyiya" berarti "takut yang
disertai takjub" (untuk berbagai jenis rasa takut lain dipakai kata-kata lain).
Contoh lain, kata "karia" dipakai untuk mengacu pada "kemalangan yang menohok",
yakni Hari Pembalasan.
Salah satu kata verbal adalah "takwir". Dalam bahasa Indonesia, ini
berarti "menumpuk benda-benda seperti menumpuk kain yang terhampar". Sebagai
misal, dalam kamus-kamus Arab kata ini dipakai untuk tindakan saling membungkus,
dengan cara seperti surban. Sekarang mari kita lihat sebuah ayat yang
menggunakan kata "takwir":
Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dengan
sebenarnya. Dia menutupkan malam ke atas siang dan menutupkan siang ke atas
malam. (Surat az-Zumar, 5)
Informasi yang terdapat di ayat tersebut yang mengenai
saling-bungkus antara siang dan malam itu mencakup informasi yang akurat tentang
bentuk bumi. Situasi ini bisa benar hanya jika bumi ini bundar. Ini berarti
bahwa dalam Al-Qur'an, perputaran bumi telah diisyaratkan.
Akan tetapi, paham astronomi tentang waktu, mencerap dunia secara
berbeda. Sebagaimana yang telah kami sebutkan, lalu dikira bahwa dunia adalah
planet datar dan semua penjelasan dan perhitungan ilmiah didasarkan pada
kepercayaan ini. Akan tetapi, karena Al-Qur'an itu firman Allah, kata-kata yang
paling benarlah yang dipakai dalam memerikan alam semesta.
FUNGSI GUNUNG
Menurut temuan-temuan geologis, pegunungan itu muncul sebagai hasil
dari pergerakan dan perbenturan pelat raksasa yang merupakan kerak bumi.
Pelat-pelat ini amat besar dan membawa semua benuanya. Bila dua pelat
bertabrakan, yang satu biasanya tergelincir di bawah yang lain dan puing-puing
di antara keduanya terangkat. Tonjolan besar di puing-puing yang terpadatkan ini
membentuk pegunungan dengan terangkat lebih tinggi daripada sekelilingnya.
Sementara itu, tonjolan yang merupakan pegunungan bergerak di bawah tanah selain
di atas tanah. Ini berarti bahwa pegunungan mempunyai bagian yang terseret ke
bawah sebesar bagiannya yang terlihat. Perpanjangan pegunungan di bawah tanah
ini mencegah kerak bumi dari tergelincie pada lapisan magma atau antara
lapisan-lapisannya.
Dengan penjelasan ini, salah satu dari sifat pegunungan yang paling
bermakna adalah formasinya di titik-titik gabung pada pelat-pelat bumi yang
tertekan bersama-sama dengan berdekatan ketika mendekat dan "memancangkan" diri.
Artinya, kita bisa mempersamakan pegunungan dengan paku-paku yang merekatkan
potongan-potongan kayu.
Selanjutnya, tekanan yang didesakkan oleh pegunungan terhadap kerak
bumi dengan massa yang amat besar itu mencegah pergerakan magma di inti bumi
dari penjangkauan bumi dan penghancuran kerak bumi. Lapisan tengah bumi, yang
disebut inti, merupakan kawasan yang terbuat dari bahan-bahan yang mendidih di
suhu yang mencapai ribuan derajat. Pergerakan di inti ini menyebabkan pemisahan
bagian-bagian untuk tegak di antara pelat-pelat yang membereskan bumi.
Pegunungan yang tegak di bagian-bagian ini menghalangi pergerakan ke atas dan
melindungi bumi dari gempa bumi yang keras.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa fakta-fakta teknis ini yang
ditemukan oleh geologi modern di masa kita sekarang telah terungkap dalam
Al-Qur'an ribuan tahun yang lalu. Dalam suatu ayat tentang pegunungan,
dinyatakan dalam Al-Qur'an:
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang dapat
kau lihat; Dia memancangkan di atas bumi gunung-gunung supaya tidak
menggoyangkan kamu; dan Dia menebarkan di dalamnya binatang-binatang dari segala
jenis. (Surat Luqman, 10)
Dengan ayat ini, Al-Qur'an menolak takhyul yang biasanya diakui
pada waktu itu. Dengan mempunyai pengetahuan astronomis primitif seperti
masyarakat-masyarakat lain pada waktu itu, orang-orang Arab mengira bahwa langit
terangkat tinggi di atas gunung. (Inilah kepercayaan tradisional yang kemudian
ditambahkan di Perjanjian Lama untuk menjelaskan alam semesta.) Kepercayaan ini
berpendapat bahwa ada pegunungan tinggi di dua ujung bumi yang datar. Inilah
"penopang" langit. Pegunungan ini dikira sebagai tiang yang menyangga langit di
atas tempatnya. Ayat tersebut menolak hal ini dan menyatakan bahwa langit itu
"tanpa penopang". Fungsi geologis sejati juga diungkapkan: untuk mencegah
getaran. Sebuah ayat lain menekankan hal itu pula:
Dan Kami jadikan di atas bumi gunung-gunung,
supaya bumi tidak bergoyang bersama mereka, dan Kami jadikan lorong-lorong lebar
di antaranya, supaya mereka mendapat petunjuk. (Surat al-Anbiyaa',
31)
HUJAN
Hujan sesungguhnya merupakan salah satu dari unsur-unsur terpenting
bagi kelangsungan hidup di bumi. Hujan adalah prasyarat bagi kesinambungan
aktivitas di suatu kawasan. Hujan, yang membawa zat-zat yang penting bagi
kehidupan, termasuk bagi manusia, disebutkan di berbagai ayat Al-Qur'an yang
memberi informasi mendasar mengenai pembentukan hujan, sifat-sifat dan
efek-efeknya. Informasi ini, yang belum pernah diketahui oleh orang-orang pada
masa itu, menunjukkan bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah.
Kini, mari kita periksa informasi yang tersaji dalam Al-Qur'an
perihal hujan.
Proporsi Hujan
Dalam ayat kesebelas Surat az-Zukhruf, hujan didefinisikan sebagai
air yang diturunkan dengan "ukuran yang sesuai", sebagai berikut:
Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari
langit sesuai dengan ukuran, dan Kami hidupkan dengan itu daerah yang sudah
mati. Demikian juga kamu akan dibangkitkan (dari kematian). (Surat az-Zukhruf,
11)
"Ukuran" yang disebutkan di ayat ini berkaitan dengan sepasang
sifat hujan. Pertama, air hujan yang jatuh di bumi selalu sama. Diperkirakan,
dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah
air yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar
terus-menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu "ukuran".
Suatu ukuran lain yang terkait dengan hujan adalah mengenai
kecepatan jatuhnya. Ketinggian minimal awan mendung adalah 1.200 meter. Bila
jatuh dari ketinggian ini, suatu obyek yang bobot dan ukurannya sama dengan air
hujan akan semakin cepat dan jatuh ke tanah dengan kecepatan 558 km/jam. Tentu
saja, obyek apa pun yang membentur tanah dengan kecepatan itu akan menyebabkan
kerusakan besar. Jika hujan yang terjadi itu jatuh dengan cara seperti itu,
semua lahan panenan akan hancur, kawasan pemukiman, perumahan, dan mobil-mobil
akan remuk, dan orang-orang tidak bisa berjalan-jalan tanpa perlindungan ekstra.
Padahal, perhitungan ini hanya untuk awan setinggi 1.200 meter; ada juga awan
mendung setinggi 10.000 meter. Air hujan dari tempat setinggi ini bisa memiliki
kecepatan yang amat merusak.
Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu. Dari ketinggian berapa pun,
kecepatan air hujan hanya 8-10 km/jam kala menimpa tanah. Alasan untuk hal ini
adalah bentuk istimewa yang mereka ambil. Bentuk istimewa ini meningkatkan
pengaruh pemecah di atmosfir dan mencegah pemercepatan kala air hujan mencapai
"batas" kecepatan tertentu. (Dewasa ini parasut dirancang dengan menggunakan
teknik ini.)
Ini belum semua "ukuran" hujan. Untuk contoh, di lapisan atmosfir
tempat berawalnya hujan, suhunya bisa turun hingga serendah 400 Celsius di bawah
nol. Namun demikian, air hujan tak pernah menjadi partikel-partikel es. (Ini
tentu saja berarti ancaman yang fatal untuk makhluk hidup di bumi.) Alasannya
adalah bahwa air di atmosfir itu air murni. Sebagaimana yang kita tahu, air
murni sulit membeku, di suhu yang sangat rendah sekalipun.
Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk masih merupakan misteri besar bagi
orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa
didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan
baku" hujan naik ke udara. Lalu awan terbentuk. Akhirnya curahan hujan
terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas di Al-Qur'an berabad-abad
yang lalu yang memberi informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan:
Dialah Allah Yang mengirimkan angin yang
menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan
kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kau lihat air hujan
keluar dari celah-celahnya; maka bila Ia menurunkannya kepada siapa saja dari
hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki, mereka pun bergembira ria. (Surat ar-Ruum,
48)
Kini mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP 1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan
pembuihan di lautan yang pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel
air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu
diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini,
yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di
sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan
mekanisme yang disebut "perangkap air".
TAHAP 2: "...dan yang menggerakkan awan; lalu Ia
membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling
butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam
hal ini sangat kecil (engan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu
bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan
awan-awan.
TAHAP 3: "...lalu kau lihat air hujan keluar dari
celah-celahnya."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan
partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan
ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan, dan mulai
jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat
Al-Qur'an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar.
Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur'an-lah yang
menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah
mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum
ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Menghidupkan Negeri Yang Sudah Mati
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang mengundang perhatian
kita pada fungsi istimewa hujan, yakni "memberi kehidupan kepada negeri yang
sudah mati":
Kami menurunkan air bersih dari langit. Dengan
itu Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami
ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak. (Surat al-Furqaan,
48-49)
Dialah Yang menurunkan air dari langit untuk minuman dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan untuk makanan ternakmu. Ia menumbuhkan untukmu berbagai tanaman, zaitun, korma, dan anggur, dan berbagai macam buah-buahan. Sungguh dalam kejadian itu terdapat bukti bagi orang yang berpikir. (Surat an-Nahl, 10-11) |
Di samping menyediakan air untuk bumi, yang merupakan kebutuhan
makhluk hidup yang tak terelakkan, hujan juga mempunyai pengaruh penyuburan.
Air hujan yang mencapai awan setelah diuapkan dari laut mengandung
zat-zat tertentu "yang menghidupkan" negeri yang telah mati. Air "pemberi
kehidupan" ini disebut "air tensi permukaan". Air tensi permukaan terbentuk pada
tingkat puncak permukaan laut yang oleh para biolog disebut "lapisan mikro". Di
lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh milimeter, terdapat
banyak sisa organik yang disebabkan oleh polusi zooplankton dan ganggang
mikroskopik. Beberapa sisa ini menyeleksi dan menghimpun dalam lubuk mereka
beberapa unsur yang amat jarang di air laut, seperti fosfor, magnesium,
potasium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobalt, dan timah. Air
yang bermuatan "penyubur ini" terangkat ke langit oleh angin dan setelah
beberapa saat kemudian jatuh ke tanah di dalam air hujan. Benih dan tanaman di
bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial bagi
pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini. Peristiwa ini diungkapkan di sebuah
ayat lain dalam Al-Qur'an:
Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa
berkah, dan dengan itu Kami tumbukan kebun-kebunan dan biji-bijian yang dapat
dipanen. (Surat Qaaf, 9)
Garam-garam yang jatuh dengan hujan merupakan contoh kecil
unsur-unsur tertentu (kalsium, magnesium, potasiom, dsb.) yang dipakai untuk
menambah kesuburan. Logam-logam berat yang terdapat di tipe-tipe aerosol ini
merupakan unsur lain yang menambah kesuburan dalam pertumbuhan dan pemproduksian
tanaman.
Tanah tandus bisa dilengkapi dengan semua unsur yang esensial bagi
tanaman dalam periode 100 tahun hanya dengan penyubur yang dicurahkan dengan
hujan. Hutan-hutan juga berkembang dan makan dengan bantuan aerosol yang
berbasis-laut. Dengan cara ini, 150 juta ton penyubur jatuh ke seluruh permukaan
tanah setiap tahun. Jika tidak ada penyuburan alamiah seperti ini, maka tidak
akan ada tanaman di bumi, dan keseimbangan ekologis akan cacat.
Yang lebih menarik adalah bahwa kebenaran ini, yang hanya bisa
ditemukan oleh sains modern, telah diungkapkan oleh Allah berabad-abad yang
lalu.
ANGIN PENYERBUKAN
Dalam Al-Qur'an, angin dinyatakan sebagai "penyerbukan":
Dan Kami tiupkan angin yang "menyerbuki",
kemudian Kami turunkan hujan dari langit, yang dengan itu Kami beri kamu air
(yang berlimpah). (Surat al-Hijr, 22)
Dalam bahasa Arab, kata "penyerbukan" menyiratkan penyerbukan
tanaman dan juga awan. Begitu pula, sains modern telah menunjukkan bahwa angin
memang memiliki kedua fungsi ini. Angin, seperti yang tersebut di atas,
menyerbuki awan dengan membawa kristal-kristal yang akan mengambil bagian dalam
pembentukan air hujan. Di sisi lain, angin juga menyerbuki tanaman.
Tanaman-tanaman melempar benih serbuk-sari yang mengandung sel
sperma ke udara. Kebanyakan tanaman diciptakan secara ideal untuk menangkap
serbuk-sari dari angin. Cemara, bunga yang bergantungan, dan beberapa tanaman
lain membuat terusan yang terbuka terhadap arus udara, yang membawa benih-benih
ini ke tanaman lain yang berspesies sama. Benih-benih serbuk-sari yang
mengandung sel-sel sperma tiba di organ-organ reproduksi yang mensyukuri
kanal-kanal ini. Serbuk-sari yang mencapai sel telur menyuburkan telur dan
sehingga sel telur itu beralih menuju benih.
Kebanyakan tanaman diciptakan secara ideal untuk menangkap
serbuk-sari dari angin. Cemara, bunga yang bergantungan, dan beberapa lainnya
membuat terusan yang terbuka terhadap arus udara. Serbuk-sari penghasil sperma
tiba di kawasan reproduksi yang mensyukuri terusan-terusan ini. Tanaman-tanaman
melempar benih serbuk-sari penghasil sperma ke udara. Sesudah itu, arus udara
membawa benih-benih ini ke tanaman lain yang berspesies sama. Serbuk-sari yang
mencapai sel telur menyuburkan telur dan sehingga sel telur itu beralih menuju
benih.
KEUNIKAN SIDIKJARI
"Sidikjari" yang terbentuk pada ujung jari dengan pola nyata pada
kulit bersifat sangat unik bagi si empunya. Setiap orang yang hidup di bumi
mempunyai setelan sidikjari yang berlainan. Semua orang yang hidup sepanjang
sejarah juga mempunyai sidikjari yang berbeda-beda. Sidik ini tak akan berubah
selama hayat seseorang kecuali jika terjadi kecelakaan besar.
Sidikjari setiap orang yang pernah hidup itu berlainan.
|
arena itulah sidikjari diterima sebagai kartu identitas yang sangat
penting dan dipakai untuk tujuan ini di seluruh dunia.
Akan tetapi, dua abad yang lalu, sidikjari tidak begitu penting,
karena baru ditemukan pada akhir abad ke-19 bahwa semua sidikjari saling
berbeda. Pada 1880, seorang ilmuwan Inggris yang bernama Henry Faulds menyatakan
dalam suatu artikel yang diterbitkan di Nature bahwa sidikjari orang-orang tidak
berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa diyakinkan
dengan sidikjari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti kaca.32 Pada 1884, untuk pertama kalinya seorang
pembunuh ditentukan dengan identifikasi sidikjari. Sejak itu, sidikjari telah
menjadi metode yang penting untuk identifikasi. Namun sebelum abad ke-19,
kebanyakan orang mungkin tak pernah mengira bahwa bentuk sidikjari mereka yang
bergelombang itu mempunyai makna atau merupakan catatan yang berharga.
Pada abad ke-7, Al-Qur'an menunjukkan bahwa ujung jari manusia
mengandung karakteristik yang penting:
Apakah manusia mengira bahwa Kami tak akan
mengumpulkan tulang-tulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun kembali ujung
jari-jarinya. (Surat al-Qiyaamah, 3-4)
KELAHIRAN MANUSIA
Terdapat banyak pokok-persoalan yang disebutkan dalam Al-Qur'an
yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit, kadang-kadang
hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi manusia oleh
Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk mengalihkan perhatian mereka
ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka sering diingatkan bagaimana
manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah kita lalui, dan apa bahan
dasarnya:
Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu
tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan?
Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami Penciptanya? (Surat al-Waaqi'ah,
57-59)
Sperma yang mengelilingi sel telur... |
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa
itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini
sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk
mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1-Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari
sebagian kecilnya (sperma).
2-Yang laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin
bayi.3-Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4-Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala al-Qur'an diturunkan, pasti,
tahu bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang
terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka
waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak
memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang
dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada
masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.
Sekarang mari kita periksa satu demi satu.
1) Air Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si
laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit
di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang
berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir
garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan
mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur'an :
Atau apakah mereka dijadikan tanpa ada yang menciptakan, ataukah mereka sendiri yang menjadikan dirinya? Ataukah mereka menjadikan langit dan bumi? Sebenarnya mereka tidak yakin. (Surat ath-Thuur, 35-36) |
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa
manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya.
Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan
tersebut berasal-usul ilahi.
2) Campuran di dalam Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini
justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini
mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk
menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan
melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini,
yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu
ditetapkan sebagai cairan campuran:
Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan.
(Surat al-Insaan, 2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan
ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini :
Dialah Yang menciptakan segalanya dengan
sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia
menjadikan keturunannya dari sari air yang hina. (Surat as-Sajdah,
7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari",
berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini
berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an merupakan
firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga
serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.
Hai manusia! Apa yang memperdayakan kau dari
Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Dia Yang telah menciptakan engkau, membentukmu dalam
ukuran berbanding, dan membuat ukuran tubuhmu berimbang. Dalam bentuk rupa apa
pun Ia kehendaki, Ia merakitmu. (Surat al-Infithaar, 6-8)
|
3) Penentuan Jenis Kelamin Bayi
Sampai belum lama ini diperkirakan bahwa jenis kelamin bayi
ditentukan oleh gen-gen laki-laki dan perempuan bersamaan. Ilmu genetika dan
mikrobiologi yang kian maju pada abad ke-20 membuktikan bahwa si perempuan tidak
berperan dalam proses ini.
Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur manusia merupakan
kromosom jenis kelamin. Kromosom-kromosom ini disebut "XY" pada pria dan "XX"
pada wanita, karena bentuk kromosomnya menggambarkan huruf-huruf ini. Kromosom Y
adalah kromosom yang pada khususnya membawa gen-gen laki-laki.
Pembentukan bayi berawal dengan penyatuan dua kromosom: satu dari
si ayah dan satu dari si bunda. Karena yang perempuan hanya memiliki kromosom X,
sel-sel reproduksinya (ova) hanya akan mengandung kromosom ini. Di sisi lain,
yang laki-laki mempunyai kromosom X dan Y, sehingga setengah dari sel-sel
reproduksinya (sperma) merupakan kromosom X dan setengah lainnya Y. Jika suatu
sel telur menyatu dengan sperma yang mengandung kromosom X, maka keturunannya
perempuan; jika penyatuannya dengan sperma yang mengandung kromosom Y, maka
keturunannya laki-laki.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh yang mempunyai
kromosom X dan Y, yaitu si laki-laki, yang menyatu dengan kromosom X dari si
perempuan.
Hal ini sama sekali belum diketahui hingga penemuan genetika pada
abad ke-20. Pada banyak budaya, justru diyakini bahwa jenis kelamin bayi
ditentukan oleh kondisi tubuh (kesehatan, dll.) sang ibu. Itulah mengapa
wanita-wanita disalahkan bila mereka mendapatkan anak perempuan. (Keyakinan
primitif ini masih lazim.)
Akan tetapi, tigabelas abad sebelum gen-gen ditemukan, Al-Qur'an
mengungkapkan informasi yang menyangkal hal ini. Dalam suatu ayat dinyatakan
bahwa kepriaan atau kewanitaan itu tercipta dari air mani; dengan kata lain,
sumber jenis kelamin itu bukan perempuan, melainkan laki-laki.
... Dia Yang menciptakan berpasangan, jantan
dan betina, dari benih kala ditempatkan. (Surat an-Najm, 45-46)
Zigot yang melekat di rahim dalam bentuk sepotong
daging.
|
4) Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma pria menyatu dengan sel telur wanita sebagaimana
terpapar di atas, terbentuklah bahan dasar calon bayi. Sel tunggal ini, yang
dalam biologi dikenal sebagai "zigot", akan mulai berbiak sendiri melalui
pembagian dan akhirnya menjadi "sepotong daging".
Akan tetapi, zigot itu tidak menjalani masa perkembangannya dalam
ruang hampa. Zigot melekat pada rahim bagaikan akar-akar yang tertancap dengan
kokoh di tanah dengan sulur-sulur mereka. Melalui ikatan ini, zigot bisa
memperoleh bahan-bahan yang amat penting bagi pertumbuhannya dari tubuh
ibunya.
Rincian sedetail itu belum bisa diketahui tanpa pengetahuan yang
mantap tentang kedokteran. Tentu saja pada empatbelas abad yang lalu belum ada
orang yang mempunyai pengetahuan semacam itu. Yang cukup menarik, dalam
Al-Qur'an, Allah selalu menyebut zigot yang berkembang di rahim sang ibu sebagai
"segumpal darah":
Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang menciptakan,
menciptakan manusia dari segumpal darah beku. Bacalah! Dan Tuhanmu Maha Mulia.
(Surat al-'Alaq, 1-3)
Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia
hanya setitik mani yang dipancarkan? Kemudian ia menjadi segumpal darah; lalu
(Allah) membuat jadi bentuk yang serasi. Dan Dia menjadikannya sepasang, jantan
dan betina. (Surat al-Qiyaamah, 36-39)
Makna Arab kata "gumpalan" adalah "sesuatu yang melekat di suatu
tempat". Kata ini secara harfiah dipakai untuk memerikan lintah yang melekat di
tubuh untuk menghisap darah. Tentu saja, inilah kata terbaik yang memungkinkan
untuk memaparkan zigot yang melekat di dinding rahim dan menyerap makanannya
dari situ.
Al-Qur'an mengungkap lebih banyak lagi mengenai zigot. Dengan
secara sempurna melekat di dinding rahim, zigot itu mulai tumbuh. Sementara itu,
rahim si ibu terisi dengan suatu cairan yang disebut "cairan amnion" yang
mengitari zigot. Corak terpenting cairan amnion, tempat pertumbuhan bayi, adalah
melindungi bayi dari pukulan-pukulan yang berasal dari luar. Dalam Al-Qur'an,
fakta ini terungkap sebagai berikut:
Bukankah Kami ciptakan kamu dari cairan yang
hina, lalu Kami tempatkan di tempat yang kukuh terlindung ? (Surat al-Mursalaat,
20-21)
Semua informasi ini yang tersaji dalam Al-Qur'an mengenai
pembentukan menusia itu menunjukkan bahwa Al-Qur'an berasal dari suatu sumber
yang mengetahui pembentukan ini hingga serinci-rincinya.
Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al-Qur'an merupakan firman Allah.
Omong kosong sajalah pernyataan bahwa informasi yang dihasilkan oleh Al-Qur'an
mengenai kelahiran itu kebetulan belaka: karena terdapat banyak rincian yang
terungkap dalam Al-Qur'an dan catatan serinci itu bagaimanapun tidak mungkin
"secara kebetulan" cocok dengan kebenaran.
Semua paparan Al-Qur'an itu benar karena semua ayatnya berisi
firman Allah. Allah-lah Yang menciptakan dan membentuk manusia di rahim ibunya,
firman-Nya-lah paparan terbaik tentang proses ini. Allah menciptakan kita semua
dengan cara seperti yang terperi di awal kehidupan kita di ayat lain sebagai
berikut:
Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah liat.
Kemudian Kami jadikan dia air mani, yang tersimpan di tempat yang kukuh sekali.
Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah; kemudian segumpal darah Kami
jadikan tulang-belulang dan tulang itu Kami bungkus dengan daging, lalu Kami
kembangkan menjadi makhluk lain lagi. Maka Mahasuci Allah, Pencipta terbaik.
(Surat al-Mu'minuun, 12-14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar