LIMA
Hal-hal yang Hendaknya Dipikirkan
Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya berpikir,
manfaat-manfaatnya bagi manusia dan sarana yang membedakan manusia dari makhluk
lain. Kami telah menyebutkan pula sebab-sebab yang menghalangi manusia dari
berpikir. Semua ini mempunyai tujuan utama mendorong manusia untuk berpikir dan
membantu mereka mengetahui tujuan penciptaan dirinya; serta agar manusia
mengagungkan ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas.
Di halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan
bagaimana orang yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang
dijumpainya sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa
yang ia saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat
kepada Allah setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu.
Sudah pasti apa yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian
kecil dari kapasitas berpikir seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk
setiap saat (dan bukan setiap jam, menit atau detik, tapi satuan waktu yang
lebih kecil dari itu, yakni setiap saat) dalam hidupnya. Ruang lingkup berpikir
manusia sedemikian luasnya sehingga tidak mungkin untuk dibatasi. Oleh karena
itu, uraian di bawah ini bertujuan untuk sekedar membukakan pintu bagi mereka
yang belum menggunakan sarana berpikir mereka sebagaimana mestinya.
Perlu diingat bahwa hanya mereka yang berpikir secara mendalam lah
yang mampu memahami dan berada pada posisi lebih baik dibandingkan makhluk lain.
Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari peristiwa-peristiwa di sekitarnya
dan tidak dapat memanfaatkan akal mereka untuk bepikir adalah sebagaimana
diceritakan dalam firman Allah berikut:
"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir
adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain
panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu)
mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah, 2: 171)
"… Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raaf, 7: 179)
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25:
44)
Hanya mereka yang mau berpikir yang mampu melihat dan kemudian
memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta keajaiban dari obyek dan
peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka mampu mengambil sebuah
kesimpulan berharga dari setiap hal, besar ataupun kecil, yang mereka saksikan
di sekeliling mereka.
Ketika seseorang bangun dari tidurnya di pagi
hari…
Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai
berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun
terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.
Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru
saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau
kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan
hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:
"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan
tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS.
Al-Furqaan, 25: 47)
Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan
berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang
berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting
untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk
sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali
ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.
Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah
keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali
sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan
kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat.
Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan
kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah
apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah
dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam
itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di
daerah tempat tinggalnya.
Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh,
bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau
kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan
selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih
kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya.
Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna
bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat
dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat.
Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah
menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala
sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk
memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah
adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah
ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang
beriman:
"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan
untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 :
19)
"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi maha
Kuasa." (QS. Ar-Ruum, 30: 54)
Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang
untuk berpikir?
Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari
tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka
dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang
kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari,
penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh
kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya
adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya.
Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam
cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia
dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di
wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di
bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus
sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar
tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan
tangannya menjadi rapuh.
Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah
peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan
mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia
tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami
proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit
demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua.
Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah
dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda. Pada umumnya, manusia yang
dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di
masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses
penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau
keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang
dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang
diperlihatkan seseorang kepada Allah.
Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir
bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala
ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah
menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna.
Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada
kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam
kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan
mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala
kelemahan.
Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik
untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam
ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak
sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang
sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka
pikirkan dan ambil pelajaran darinya.
Bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia
membuat anda berpikir?
Ketika melihat diri sendiri di dalam cermin, seseorang berpikir
tentang berbagai hal yang sebelumnya tak pernah muncul dalam benaknya. Sebagai
contoh: bulu mata, alis, tulang belulang dan gigi-giginya tidak tumbuh memanjang
terus menerus. Dengan kata lain, di bagian tubuh dimana pertumbuhan anggota
badan yang terus menerus akan menjadi sesuatu yang menyusahkan dan menghalangi
pandangannya, maka anggota tubuh tersebut berhenti tumbuh. Sebaliknya, rambut
yang kelihatan indah jika tumbuh memanjang, tidak berhenti tumbuh. Disamping
itu, ada keseimbangan yang sempurna dalam pertumbuhan tulang-belulang. Misalnya
tulang anggota bagian atas tidak akan tumbuh memanjang begitu saja sehingga
menyebabkan badan kelihatan lebih pendek. Semua tulang ini berhenti pada saat
tertentu seakan-akan tiap-tiap tulang tersebut tahu seberapa panjang mereka
harus tumbuh.
Sudah barang tentu, semua yang telah disebutkan di sini terjadi
akibat dari reaksi-reaksi fisika dan kimia yang terjadi dalam tubuh. Orang yang
merenungkan hal ini akan juga bertanya-tanya bagaimana reaksi-reaksi ini
terjadi. Siapa yang memasukkan hormon-hormon dan enzim-enzim yang bertanggung
jawab atas pertumbuhan ke dalam tubuh sesuai dengan dosis yang dibutuhkan? Dan
siapakah yang mengontrol kadar dan waktu sekresi dari hormon dan enzim
tersebut?
Tidak dapat dipungkiri bahwa mustahil untuk mengatakan bahwa ini
semua terjadi secara kebetulan. Tidaklah mungkin sel-sel atau atom-atom
pembentuk manusia yang tidak mempunyai kesadaran tersebut melakukan hal yang
demikian dengan sendirinya. Ini adalah bukti bahwa fenomena tersebut terjadi
karena kekuasaan Allah yang menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Ketika dalam perjalanan…
Setelah bangun tidur dan bersiap-siap di pagi hari, orang-orang
kemudian berangkat ke kantor, sekolah atau melakukan pekerjaan mereka di luar
rumah. Bagi orang yang beriman, keberangkatan ini adalah awal dari melakukan
amal kebaikan yang mendatangkan ridha Allah. Ketika meninggalkan rumah dan
bepergian ke luar, seseorang akan menjumpai banyak hal yang dapat ia pikirkan,
misalnya ribuan manusia, kendaraan, pohon, besar dan kecil, dan beragam hal yang
terdapat di banyak tempat. Dalam hal ini, pandangan orang yang beriman sudah
jelas, yakni bahwa ia berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari
yang ia jumpai di sekelilingnya. Ia memikirkan tentang sebab-sebab dari
peristiwa-peristiwa yang ada. Karena apa yang sedang ia saksikan terjadi dengan
pengetahuan dan kehendak Allah, maka pasti ada sebuah makna di balik peristiwa
atau pemandanga itu. Karena Allah lah yang memampukannya untuk pergi ke luar
rumah serta meletakkan semua pemandangan ini di depan matanya, maka sudah pasti
dari pemandangan-pemandangan tersebut ada yang mesti dilihat dan dipikirkan.
Sejak bangun tidur, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya umur satu
hari lagi di dunia yang dapat digunakannya sebagai modal untuk mendapatkan
pahala dari Allah. Kini, ia tengah memulai perjalanan yang dapat mendatangkan
pahala baginya. Menyadari hal ini, ia teringat akan firman Allah: "Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan", (QS.
An-Naba’, 78 :11). Berpedomankan ayat tersebut, ia membuat rencana
tentang bagaimana menghabiskan waktunya di siang hari dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk orang lain akan tetapi
juga mendatangkan ridha Allah.
Ketika berada dalam mobilnya atau di atas kendaraan apapun dengan
pola pikir yang demikian, ia pun kembali bersyukur kepada Allah. Tidak menjadi
masalah, betapapun jauhnya jarak perjalanan yang harus ia tempuh, ia masih
memiliki sarana untuk pergi ke sana. Untuk memudahkan manusia, Allah telah
menciptakan beragam sarana transportasi untuk membantu manusia dalam melakukan
perjalanan. Bahkan kemajuan teknologi saat sekarang telah menyediakan sarana
transportasi baru berupa mobil, kereta api, pesawat terbang, kapal laut,
helikopter, bus…Ketika merenungkan hal ini, seseorang akan kembali teringat:
Allah lah yang telah menciptakan teknologi untuk membantu manusia.
Setiap hari, para ilmuwan membuat penemuan-penemuan dan
inovasi-inovasi baru yang dapat memudahkan hidup kita. Mereka menghasilkan ini
semua melalui sarana yang diciptakan Allah di bumi. Seseorang yang memikirkan
tentang masalah tersebut akan menikmati perjalanannya sambil bersyukur kepada
Allah atas kemudahan yang diberikan kepadanya.
Dalam perjalanan menuju tempat tujuan, ia menyaksikan tumpukan
sampah dengan bau yang tak sedap, tempat-tempat kumuh di sepanjang jalan. Hal
ini menimbulkan beragam pikiran dalam benaknya:
Ketika masih berada di dunia, Allah telah memberikan informasi
kepada kita yang membantu kita memperoleh gambaran tentang surga dan neraka;
atau mengira-ngira keadaan kedua tempat ini dengan menggunakan perbandingan.
Tumpukan sampah, bau yang tidak sedap dan daerah-daerah kumuh dapat menimbulkan
stres atau tekanan dalam jiwa seseorang. Tak seorangpun ingin tinggal di tempat
tersebut. Keadaan ini mengingatkan seseorang tentang neraka dan ayat-ayat yang
mengisahkan neraka. Di banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah telah menceritakan
segala sesuatu yang tidak menyenangkan, gelap serta menjijikkan tentang
neraka:
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang
mendidih,
dan dalam naungan asap yang hitam.
Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (QS. Al-Waaqi’ah,
56:41-44)
"Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka
itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan
kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan
harapkanlah kebinasaan yang banyak" (QS. Al-Furqaan, 25:13-14)
Dengan memikirkan ayat-ayat di atas, orang tersebut berdoa agar
Allah menjauhkannya dari siksa neraka dan mengampuni segala kesalahannya.
Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan cara berpikir yang
demikian akan menghabiskan waktunya dengan menggerutu, kesal dan selalu mencari
kambing hitam dari setiap permasalahan. Ia marah sekali kepada orang-orang yang
menumpuk sampah tersebut dan pihak pemerintahan daerah setempat yang terlambat
untuk mengumpulkan dan membuangnya. Sepanjang hari pikirannya disibukkan dengan
hal-hal seperti: jalan raya yang penuh dengan lubang; orang-orang yang
menyebabkan lalu lintas macet; badannya yang basah kuyup kehujanan akibat ulah
badan meteorologi yang salah dalam memperkirakan cuaca; cemoohan kasar dari
bossnya, dan lain sebagainya. Namun, pikiran yang sia-sia ini tidaklah
bermanfaat dalam kehidupan akhiratnya nanti. Seseorang mungkin berhenti sejenak
kemudian berpikir apakah ia seharusnya menghiraukan banyak hal. Sungguh, banyak
orang mengatakan bahwa alasan utama yang mencegah mereka dari berpikir adalah
segala kesibukan yang mengharuskan mereka bekerja keras terus-menerus di dunia.
Mereka berdalih bahwa mereka tidak mampu berpikir karena sibuk dengan masalah
pangan, perumahan dan kesehatan. Akan tetapi ini hanyalah sekedar alasan untuk
mengelak. Tanggung jawab dan kondisi tersebut tidak ada hubungannya dengan
berpikir sebagaimana yang dikehendaki di sini. Seseorang yang berusaha untuk
berpikir dalam rangka mencari ridha Allah akan mendapatkan pertolongan dari
Allah. Ia akan melihat bahwa, seiring dengan bergantinya hari, beragam persoalan
yang biasanya menjadi masalah baginya satu demi satu terselesaikan; hingga ia
dapat meluangkan waktu untuk berpikir dan berpikir lagi. Hanya orang-orang yang
beriman sajalah yang sadar, paham dan mengalami hal yang demikian.
Bagaimana dunia yang berwarna-warni mendorong
seseorang berpikir?
Masih dalam perjalanannya, ia terus berusaha melihat keajaiban dari
ayat-ayat ataupun ciptaan Allah di sekitarnya, dan memuji Allah ketika
memikirkan ini semua. Ketika melihat ke luar melalui jendela mobilnya, ia
menyaksikan dunia yang penuh dengan beragam warna. Lalu ia pun berpikir:
"Bagaimana segala sesuatu akan terlihat seandainya dunia ini tidak
berwarna?"
Lihatlah gambar-gambar di bawah dan anda pun mulai berpikir. Apakah
kenikmatan yang kita rasakan dari memandang laut, pegunungan atau bunga yang
tidak berwarna sebanding dengan sebagaimana yang anda lihat sekarang? Apakah
pemandangan langit, buah, kupu-kupu, pakaian dan wajah-wajah manusia sebagaimana
yang terlihat oleh anda sekarang memberikan kepuasan? Adalah nikmat dari Tuhan
bahwa kita hidup di sebuah dunia yang cerah ceria dan memiliki beragam warna.
Setiap warna yang kita lihat di alam, keseimbangan yang sempurna dari
warna-warna makhluk hidup, semuanya adalah tanda-tanda tentang karya cipta dan
seni khas Allah yang tak tertandingi. Beragam warna dari bunga atau burung; dan
keharmonisan atau corak yang anggun antara warna-warna yang ada; bahwa tak
satupun warna di alam ini yang mengganggu penglihatan kita; warna lautan,
langit, pohon-pohon yang demikian serasi sehingga menimbulkan kedamaian dan
tidak melelahkan mata kita, semua ini menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah.
Dengan merenungkan beberapa fenomena tersebut, seseorang akan paham bahwa setiap
sesuatu yang ia lihat di sekelilingnya adalah hasil dari ilmu dan kekuasaan
Allah yang tak terbatas dan absolut. Setelah sadar akan segala nikmat yang Allah
anugerahkan ini, ia pun menjadi hamba yang takut kepada Allah dan memohon
perlindungan kepada-Nya agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang
tidak bersyukur. Dalam Al-Qur'an, Allah mengisahkan fenomena warna-warna, dan
berfirman bahwa hanya mereka yang memiliki pengetahuan, yakni mereka yang
menyelami lebih jauh dengan berpikir dan menarik kesimpulan serta pelajaran dari
fenomena ini lah yang memiliki rasa takut kepada Allah:
"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari
langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam
jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang
beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di
antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 27-28).
Bagaimana sebuah mobil jenazah yang melintas di
jalan mendorong seseorang untuk berpikir?
Seseorang yang sedang bergegas menuju ke suatu tempat secara
tiba-tiba berpapasan dengan mobil jenazah. Sungguh ini adalah kesempatan yang
baik untuk berhenti sejenak dan menenangkan diri. Pemandangan yang ia temui
mengingatkannya akan kematian. Suatu hari ia juga akan berada di mobil jenazah
itu. Tiada keraguan tentang terhadapnya, tak peduli seberapa besar usaha untuk
menghindarinya, cepat atau lambat kematian pasti akan datang menghampirinya. Tak
peduli apakah ia sedang berada di tempat tidurnya, ketika dalam perjalanan, atau
ketika berlibur, ia pasti akan meninggalkan dunia ini. Kematian adalah kenyataan
yang tidak dapat dihindari.
Di saat yang demikian, seorang mukmin teringat akan ayat Allah
berikut:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah
kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat
yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka
kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,
(yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29:
57-59).
Keyakinan seseorang bahwa jasadnya akan juga dimasukkan dalam peti
mati, ditimbun tanah oleh kerabatnya, namanya akan diukir diatas kuburan, akan
menghilangkan kecintaannya kepada dunia. Seseorang yang dengan ikhlas dan secara
sadar berpikir tentang hal ini paham bahwa tidaklah masuk akal untuk mengklaim
kepemilikan tubuh yang suatu hari akan membusuk di dalam tanah.
Dalam ayat di atas, Allah memberikan kabar gembira berupa surga
setelah kematian kepada mereka yang sabar dan bertawakal kepada Allah. Oleh
karenanya, dengan berpikir bahwa suatu hari ia akan mati, seorang mukmin akan
berusaha menjalani hidup dengan akhlaq yang baik sebagaimana yang diperintahkan
Allah untuk meraih surga. Setiap saat ia teringat akan dekatnya kematian,
tekadnya untuk mendapatkan surga semakin menguat dan mendorongnya untuk
senantiasa berusaha bertingkah laku sesuai dengan akhlaqnya yang semakin lama
semakin baik.
Sebaliknya, orang-orang yang condong memikirkan hal-hal yang lain,
dan menghabiskan hidup dengan angan-angan kosong, tidak berpikir bahwa suatu
hari hal yang sama pasti akan menimpa mereka meskipun mereka berpapasan dengan
mobil jenazah, setiap hari melewati kuburan atau bahkan salah satu orang yang
paling dicintai meninggal dunia di samping mereka sendiri.
Di siang hari…
Ketika menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang hari,
orang beriman selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha
untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa
tersebut.
Ia menanggapi setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu
yang memiliki kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia berada, di
sekolah, di tempat kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka dan berpikir
bahwa Allahlah yang menciptakan setiap sesuatu, ia selalu berusaha memahami
keindahan-keindahan dan makna tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang
diciptakan-Nya untuk kemudian menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah.
Sikap orang mukmin ini digambarkan dalam Al-Qur'an:
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang,
dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu)
supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya
kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
batas." (QS. An-Nuur, 24: 37-38)
Bagaimana orang berpikir ketika menghadapi
kesulitan-kesulitan yang ditemuinya dalam pekerjaan?
Manusia mungkin menghadapi berbagai macam kesulitan selama satu
hari penuh. Namun apapun kesulitan tersebut, hendaklah ia berkeyakinan kepada
Allah dan berpikir bahwa "Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita kerjakan
dan pikirkan dalam hidup di dunia. Ini adalah kenyataan yang sangat penting yang
seharusnya tidak pernah kita lupakan sekejap pun. Oleh karenanya, ketika menemui
kesulitan dalam setiap hal yang kita lakukan atau pikirkan, sehingga tidak
berjalan sebagaimana mestinya, kita hendaknya selalu ingat bahwa semua kesulitan
ini telah dihadapkan oleh Allah kepada kita untuk menguji perbuatan kita."
Pikiran-pikiran yang muncul dalam benak seseorang ini berlaku untuk
semua peristiwa, besar atau kecil, yang ia jumpai sepanjang hari. Sebagai
contoh, seseorang membayar lebih tanpa sengaja akibat salah pengertian atau
kecerobohan; sebuah file yang telah diselesaikan dalam waktu berjam-jam dengan
menggunakan komputer dapat hilang begitu saja akibat terputusnya aliran listrik;
seorang pelajar gagal dalam ujian universitas meskipun ia telah belajar secara
sungguh-sungguh; seseorang terpaksa menghabiskan harinya menunggu dalam antrian
untuk mendapatkan pekerjaan akibat birokrasi yang terlalu rumit; dokumen yang
hilang dapat menjadi masalah yang menyebabkan pekerjaan seseorang tidak karuan;
seseorang ketinggalan pesawat, atau bus ketika hendak pergi ke suatu tujuan yang
mesti dihadirinya seawal mungkin…Ada banyak sekali peristiwa-peristiwa yang
dialami seseorang dalam hidup yang dianggapnya merupakan sebuah kesulitan atau
"masalah".
Ketika mengalami semua peristiwa tersebut, orang yang beriman akan
berpikir dan ingat bahwa Allah menguji perilaku dan kesabarannya; sehingga
tidaklah masuk akal bagi orang yang yakin bahwa ia akan mati dan mempertanggung
jawabkan perbuatannya di akhirat terpengaruh dengan hal-hal serupa dan
menghabiskan waktunya dengan perasaan takut dan khawatir akan hal tersebut. Ia
paham bahwa ada sebuah kebaikan di balik semua peristiwa ini. Ia tak pernah
mengatakan "Aduh" terhadap kejadian apapun. Ia berdoa kepada Allah untuk
memudahkan pekerjaan-pekerjaannya dan menjadikan segala sesuatunya sebagai
kebaikan.
Ketika kesulitan tersebut telah berlalu dengan datangnya kemudahan,
ia berpikir bahwa ini adalah jawaban dari doanya kepada Allah, Allah
mendengarkan dan, kemudian, mengabulkan doa-doanya. Pada akhirnya ia pun
bersyukur kepada Allah.
Ketika menjalani hari dengan prinsip berpikir seperti ini, maka
seseorang tak akan pernah putus harapan, merasa khawatir, menyesal ataupun
menderita terhadap apapun yang dialaminya. Ia tahu bahwa Allah telah menciptakan
semua ini untuk sebuah kebaikan dan keberkahan. Tidak hanya itu, ia berpikir
yang demikian tidak hanya ketika terjadi peristiwa-peristiwa besar yang
menimpanya, namun juga di semua hal yang rumit, besar ataupun kecil, yang ia
jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Coba pikirkan, ada orang yang tidak mendapati urusannya yang
penting terselesaikan sebagaimana yang ia kehendaki. Ataupun orang yang ketika
hampir saja meraih tujuan, dihadapkan pada sebuah masalah yang serius. Orang ini
mendadak menjadi sangat kecewa, merasa khawatir dan tertekan. Pendek kata,
dirinya dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk. Sebaliknya, seseorang yag
berpikir bahwa ada sesuatu kebaikan pada semua hal, akan berusaha menemukan
makna-makna tersembunyi yang Allah tunjukkan padanya melalui peristiwa tersebut.
Ia berpikir bahwa mungkin Allah telah melakukan ini semua untuk memberinya
peringatan agar lebih berhati-hati dan serius dalam menangani masalah. Dengan
demikian, ia pun kembali melakukan persiapan-persiapan yang lebih matang, serta
bersyukur kepada Allah sambil mengatakan "mungkin ini membantu mencegah
timbulnya malapetaka yang lebih besar lagi".
Seseorang yang ketinggalan bus ketika hendak menuju suatu tempat,
berpikir: "mungkin keterlambatan dan ketertinggalan saya dari bus tersebut telah
menyelamatkan saya dari kecelakaan atau bahaya yang lain". Ia berpikir lagi:
"mungkin masih banyak lagi hikmah-hikmah tersembunyi yang serupa". Banyak sekali
contoh-contoh semisal yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia. Yang paling
penting adalah rencana-rencana seseorang tidak harus selalu terlaksana sesuai
dengan yang ia kehendaki. Secara mendadak ia mungkin mendapati dirinya berada
dalam situasi yang sangat berbeda dari apa yang ia rencanakan. Dalam kondisi
yang demikian, seseorang yang berkepribadian dan berperilaku secara tenang serta
senantiasa mencari kebaikan dari sebuah peristiwa akan memperoleh keberuntungan.
Hal ini dikarenakan Allah berfirman dalam ayat-Nya:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 2: 216)
Sebagaimana firman Allah di atas, kita tidak mengetahui tetapi
Allah mengetahui. Karena itu, hanya Allahlah yang mengetahui apa yang baik dan
yang tidak baik untuk kita. Segala yang menimpa manusia hanyalah agar manusia
mengambil Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sebagai tempat mengadu dan
meminta pertolongan, serta menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya.
Hal-hal yang terpikirkan ketika sedang mengerjakan
sesuatu…
Manakala sedang mengerjakan sesuatu, seharusnya seseorang tidak
membiarkan akalnya kosong, akan tetapi senantiasa memikirkan segala sesuatu yang
baik. Otak manusia memiliki kemampuan untuk berpikir lebih dari satu hal pada
saat yang bersamaan. Seseorang yang sedang mengendarai mobil, membersihkan
rumah, bekerja mencari nafkah, berjalan di jalan raya, pada saat yang sama dapat
berpikir hal-hal yang baik.
Ketika membersihkan rumah, ia bersyukur kepada Allah yang telah
memberinya sarana seperti air dan detergen. Sadar bahwa Allah menyukai
kebersihan dan orang yang membersihkan diri, ia memandang pekerjaan yang sedang
ia lakukan sebagai bentuk ibadah sehingga dengan melakukan hal tersebut ia
mengharapkan ridha Allah. Di samping itu, ia merasa bahagia karena telah
mempersiapkan tempat yang nyaman untuk orang lain dengan membersihkan tempat
tinggalnya.
Seseorang yang tengah mengerjakan sesuatu, terus-menerus berdoa
kepada Allah dan memohon agar dimudahkan dalam pekerjaannya karena yakin bahwa
ia tidak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik tanpa pertolongan Allah.
Kita mengetahui di dalam Al-Qur'an bahwa para Nabi memberikan contoh kepada kita
dengan terus menerus menghadapkan diri mereka kepada Allah dalam kesendirian,
dan selalu mengingat Allah ketika mengerjakan sesuatu. Diantara contoh ini
adalah Nabi Musa. Beliau menolong dua orang wanita yang ditemuinya dalam
perjalanan. Setelah membantu memberikan minum untuk binatang gembalaan mereka,
beliau berdoa kepada Allah:
"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai
di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu
menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah
orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum ternak itu untuk
(menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdo’a: "Ya
Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku". (QS. Al-Qashas, 28: 23-24)
Contoh lain yang kita temui dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan
masalah ini adalah Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Allah menceritakan bahwa kedua
Nabi ini memikirkan kemaslahatan orang-orang mukmin yang lain pada saat keduanya
sedang melaksanakan suatu pekerjaan. Mereka berdoa kepada-Nya sehubungan dengan
pekerjaan yang sedang mereka lakukan:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh
kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat
haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul
dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah, 2: 127-129)
Bagaimana sarang laba-laba mendorong seseorang untuk
berpikir?
Banyak hal yang dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan
harinya dalam rumah. Ketika sedang membersihkan rumah, ia menjumpai seekor
laba-laba yang merajut sarangnya di sebuah sudut rumah tersebut. Jika ia
menyadari keharusan untuk memikirkan binatang yang seringkali tidak dihiraukan
orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu pengetahuan telah dibuka untuknya.
Serangga kecil yang sedang disaksikannya adalah sebuah keajaiban. Sarang
laba-laba tersebut memiliki bentuk simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap
seekor laba-laba yang mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah
disain sempurna yang sedemikian menakjubkan. Setelah itu ia membuat sebuah
pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang digunakan
laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan ketebalan yang
sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki mutu yang demikian
tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan jaket anti peluru. Sungguh
luar biasa, sarang laba-laba yang dianggap sederhana oleh kebanyakan manusia,
ternyata terbuat dari bahan yang mutunya setara dengan bahan industri paling
ideal di dunia.
Ketika menyaksikan disain yang sempurna pada makhluk hidup di
sekitarnya, manusia terus menerus berpikir hingga kemudian mendorongnya untuk
menemukan lebih banyak fakta-fakta yang menakjubkan. Ketika mengamati sebuah
lalat yang setiap saat dijumpainya namun belum pernah diperhatikannya atau
bahkan merasa sangat terganggu dan ingin sekali membunuhnya, ia melihat bahwa
serangga tersebut memiliki kebiasaan membersihkan diri sampai bagian-bagian yang
terkecil dari tubuhnya sekalipun. Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu
tempat lalu membersihkan tangan dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat
ini membersihkan debu yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan
tangan dan kakinya secara menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang
demikian sampai yakin akan kebersihannya. Semua lalat dan serangga membersihkan
tubuh mereka dengan cara yang sama: dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai
ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan adanya satu-satunya Pencipta
yang mengajarkan kepada mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.
Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali
setiap detik. Padahal tak satupun mesin buatan manusia yang mampu memiliki
kecepatan yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar
akibat gaya gesek. Namun sayap, otot ataupun persendian lalat ini tidak
mengalami kerusakan. Lalat dapat terbang ke arahmanapun tanpa terpengaruh oleh
arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling mutakhir sekalipun,
manusia masih belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik
terbang yang luar biasa sebagaimana lalat. Begitulah, makhluk hidup yang
cenderung diremehkan dan tidak terlalu mendapat perhatian manusia, dapat
melakukan pekerjaan yang tak mampu dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi,
tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor lalat melakukan ini semua semata-mata
karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa
dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya
Segala sesuatu yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata
didalamnya terdapat kehidupan, baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu
sentimeter persegi pun di bumi ini yang di dalamnya tidak terkandung kehidupan.
Manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan adalah makhluk yang mampu dilihat oleh
manusia. Namun, masih ada makhluk-makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia
akan tetapi manusia sadar akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang
penuh dengan makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut "tungau". Demikian pula
halnya dengan udara yang ia hirup, di dalamnya mengandung virus yang tak
terhingga banyaknya, atau tanah kebunnya yang mengandung bakteri yang sangat
banyak.
Seseorang yang merenung tentang keanekaragaman yang luar biasa dari
kehidupan di bumi, akan mengetahui kesempurnaan makhluk-makhluk ini. Tiap
makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda keagungan karya seni ciptaan Allah,
demikian pula halnya dengan keajaiban luar biasa yang tersembunyi dalam
makhluk-makhluk mikroskopis tersebut. Virus, bakteri ataupun tungau yang tidak
terlihat oleh mata telanjang memiliki mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara
makan, sistim reproduksi dan pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah.
Seseorang yang memikirkan secara mendalam tentang fenomena ini teringat ayat
Allah:
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa
(mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Ankabuut, 29: 60)
Bagaimana penyakit mendorong seseorang untuk
berpikir?
Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan harus
selalu terus-menerus berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut. Adanya
penyakit yang diderita manusia adalah gambaran paling jelas tentang kelemahan
tersebut. Oleh karenanya, ketika seseorang atau sahabatnya jatuh sakit, ia
hendaknya berpikir tentang makna yang terkandung dari musibah ini. Ketika sedang
berpikir, ia memahami bahwa flu yang dianggap sebagai penyakit yang biasa pun
memiliki pelajaran-pelajaran yang darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun
peringatan. Ketika terjangkiti penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti:
pertama, penyebab utama flu adalah virus yang teramat kecil untuk dilihat dengan
mata telanjang. Akan tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup untuk membuat
manusia yang bobotnya 60-70 kg menjadi kehilangan kekuatan, membuatnya
sedemikian lemah sehingga tak mampu berjalan ataupun berbicara sekalipun.
Seringkali obat atau makanan yang ia makan tidak membantu meringankan
penderitaannya. Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah beristirahat dan
menunggu. Dalam tubuhnya, berlangsung sebuah peperangan yang ia tak pernah mampu
untuk campur tangan, dengan kata lain ia dibuat lumpuh tak berdaya melawan
organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan yang demikian, ia hendaknya mengingat
ayat Allah:
"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang
menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan
apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku,
kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh". (QS. Asy-Syu‘araa,
26: 78-83)
Seseorang yang terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan
sikapnya ketika sehat dan setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir tentang
hal tersebut. Seharusnya ia menyadari keadaanya yang lemah ketika sakit,
perasaan ketergantungan kepada Allah yang sangat. Hal ini tercermin, misalnya,
dalam keikhlasan dan kekhusu’annya ketika berdoa kepada Allah menjelang
dioperasi.
Sebaliknya, ketika mengetahui orang lain sedang menderita sakit, ia
hendaknya segera bersyukur kepada Allah sambil berpikir tentang keadaannya yang
sehat. Manakala melihat orang yang cacat kaki, misalnya, orang beriman
memikirkan bahwa kakinya adalah nikmat yang sangat besar dan penting bagi
dirinya. Ia memahami bahwa kemampuannya untuk berjalan atau berlari ke manapun
serta melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di
pagi hari adalah nikmat dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia
akan lebih memahami besarnya nikmat yang telah didapatkannya.
Bagaimana seseorang berpikir ketika bertemu
dengan orang yang arogan, tidak sopan, suka menyinggung perasaan orang lain dan berperangai buruk?
Ketika berada di kantor atau sekolah sepanjang hari, seseorang akan
bertemu dengan berbagai tipe manusia. Sebagian dari mereka mungkin tidak
berakhlaq baik dan tidak takut kepada Allah. Seorang mukmin yang bertemu dengan
orang-orang ini tidak akan terpengaruh oleh keadaan mereka, sebaliknya tetap
istiqomah dengan akhlaq luhurnya sebagaimana yang diajarkan Allah. Ia memahami
bahwa penyebab perilaku buruk mereka adalah ketiadaan rasa takut kepada Allah
serta ingkar kepada hari akhir. Gambaran berikut ini lalu muncul dalam benaknya:
Allah telah memperingatkan tentang siksa neraka dan memerintahkan manusia agar
memikirkan adzabnya yang kekal, sehingga manusia mau memperbaiki perilaku mereka
dalam kehidupan dunia, kembali kepada Allah dengan merendahkan diri dan
melaksanakan ajaran agama secara ikhlas. Seandainya seseorang menyadari bahwa ia
sedang berhadapan dengan ancaman yang sedemikian berat dan serius, ia pasti akan
melakukan segala sesuatu agar dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Sebaliknya mereka yang tidak memikirkannya, sehingga tidak memahami betapa
seriusnya ancaman tersebut, akan berperilaku seolah-olah tempat yang penuh
dengan bara dan siksaan yang dipersiapkan untuk mereka itu tidak lah ada.
Sadar akan kenyataan ini, beberapa hal penting lain terlintas dalam
pikirannya: ketika dikumpulkan di tepi jurang neraka, perilaku orang-orang yang
berperangai buruk tersebut akan berbeda sama sekali dengan perilaku mereka
ketika di dunia. Orang yang ketika masih hidup di dunia berperangai buruk, tidak
malu untuk bertindak yang semena-mena dan arogan akan memiliki ekspresi muka,
sikap dan cara berbicara yang tidak seperti biasanya pada hari penghisaban,
yakni ketika ia diseret ke depan jurang neraka dan terus menerus disiksa.
Atau jika orang yang agresif, kasar dan seringkali melakukan tindak
kejahatan dan tidak memiliki rasa kemanusiaan dibawa ke tepi jurang neraka, ia
akan merasakan penyesalan yang abadi ketika melihat adzab neraka.
Seseorang selalu mengemukakan berbagai macam alasan untuk tidak
menjalankan agama dan tidak melaksanakan ibadah dalam hidupnya di dunia. Namun
ia tidak akan dapat mengatakan alasan-alasan tersebut ketika diperintah
melaksanakan sholat pada saat sedang menanti di depan gerbang neraka.
"(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai
main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada
hari (kaimat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami." (QS. Al-A'raaf, 7:51)
Orang yang takut kepada Allah tidak pernah melupakan kenyataan ini.
Karena senantiasa memikirkan siksa neraka, ia mengetahui mana perilaku,
kata-kata yang benar serta akhlaq yang baik. Dengan keyakinan yang kuat dan
senantiasa mengingat keberadaan neraka, ia selalu berbuat seolah-olah ia berada
sangat dekat dengan neraka, dan memikirkan bahwa ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang ia kerjakan.
Allah menyeru manusia untuk memikirkan neraka dan hari
penghisaban:
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan
dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin
kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya". (QS. Aali ‘Imraan, 3: 30)
Ketika sedang makan…
"Allah lah yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat
menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu
adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Ghaafir,
40:64)
Allah telah menyediakan untuk manusia berbagai jenis makanan dan
minuman yang baik, bersih dan lezat di dunia. Sudah barang tentu, semua ini
adalah bentuk kasih sayang Allah yang tak terhingga terhadap manusia. Meskipun
manusia mampu bertahan hidup hanya dengan satu jenis makanan dan minuman, akan
tetapi Allah telah menganugerahkan kepada mereka kenikmatan yang tak terhitung
jumlahnya dengan menciptakan beragam makanan: buah-buahan, sayur-sayuran dan
berbagai macam jenis daging…
Mengetahui bahwa segala kebaikan berasal dari Allah, orang yang
beriman akan memikirkan semua ini dan bersyukur kepada Allah setiap saat ketika
duduk di depan meja makan dan bersiap-siap menikmati hidangan.
Bagaimana buah-buahan yang disajikan mendorong
seseorang untuk berpikir?
Dalam banyak ayat Al-Qur'an, disebutkan bahwa Allah telah memberi
nikmat kepada manusia dengan beraneka ragam buah-buahan yang disajikan kepada
seseorang ketika sedang makan. Di atas meja makan dihidangkan berbagai macam
sayur-sayuran yang sebelumnya tumbuh di atas tanah; dan makanan yang dihasilkan
dari hewan. Sesuai fitrahnya, manusia diciptakan untuk menikmati makanan-makanan
ini. Selain memiliki kelezatan yang berbeda-beda, pada saat yang bersamaan
makanan tersebut juga diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Marilah kita
berpikir: apa yang terjadi seandainya makanan-makanan yang penting untuk
kehidupan manusia ini tidak memiliki rasa, atau mempunyai rasa yang tidak sedap?
Atau jika makanan-makanan ini berbahaya bagi tubuh kita kendatipun rasanya
enak….Atau seandainya terdapat hanya beberapa jenis makanan yang dapat kita
makan untuk kelangsungan hidup? Yang menyebabkan makanan dan minuman yang
dihidangkan di hadapan anda tidak berasa hambar adalah karena kebaikan dan kasih
sayang Allah kepada anda. Bahkan jika seseorang berpikir tentang buah-buahan
saja, ia akan mengetahui dan mengakui kebaikan Allah kepadanya.
Ketika melihat beragam jenis buah-buahan di atas meja makan di
hadapannya, seseorang yang mempunyai nalar akan berpikir: tanaman yang tumbuh
dari tanah atau lumpur hitam akan tetapi menghasilkan buah-buahan dengan beragam
warna dan aroma, serta daging buah yang bersih dengan rasa yang sangat enak,
adalah nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada manusia.
Pisang, tangerine, jeruk, melon, semangka serta semua buah-buahan
yang diciptakan beserta kulit pembungkus daging buah, memiliki kulit yang mampu
melindungi buah-buahan dari kebusukan dan kerusakan. Kulit pembungkus ini juga
berfungsi memelihara aroma buah. Segera setelah kulit ini dikupas dan dibuang,
daging buah tersebut perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan rusak.
Ketika diamati satu persatu, buah-buahan tersebut kelihatan
memiliki banyak keunikan. Tangerine dan jeruk, misalnya, diciptakan dalam
keadaan telah bersekat-sekat. Seandainya jeruk dan tangerine memiliki bentuk
yang utuh tanpa sekat, seseorang akan merasa sulit untuk memakan buah-buahan
yang banyak mengandung air ini. Namun Allah telah menciptakannya dalam keadaan
tersekat-sekat sebagai kemudahan dan nikmat tambahan untuk manusia. Tidak perlu
disanksikan lagi, disain yang sangat indah, tanpa cacat, dan demikian sempurna
sehingga pas dengan kebutuhan adalah satu diantara karakteristik ciptaan Allah
Yang Maha Mengetahui.
Contoh lain adalah strawberi, buah dengan bentuk dan rasa yang
sangat khusus. Bentuk dan rupa permukaannya kelihatan seakan-akan buah strawberi
sengaja dibentuk dengan sangat hati-hati. Warna merah segar yang dihiasi dengan
dedaunan hijau ini hanyalah bagian yang amat kecil dari daya cipta Allah yang
tak tertandingi. Manisnya bau dan rasa, ketiadaan akan biji serta kulit
pembungkus buah sehingga mudah untuk dimakan, mengingatkan orang akan
buah-buahan surga. Buah, yang tanamannya tumbuh di atas tanah dan memiliki warna
yang sedemikian indah dan menawan, menunjukkan kepada kita tentang Tuhan kita
yang telah menciptakan buah tersebut tanpa ada bandingannya. Dia lah yang telah
mewujudkan Seni, Kebijaksanaan serta Ilmu-Nya pada segala sesuatu yang Dia
ciptakan.
Keberadaan buah-buahan yang beraneka ragam di setiap musim yang
berbeda adalah hal lain yang patut untuk direnungkan. Adalah sebuah nikmat dan
kebaikan dari Allah kepada manusia bahwa, sebagai contoh, ketika musim dingin
dimana manusia membutuhkan vitamin dalam jumlah besar, tersedia buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C seperti tangerine, jeruk dan grapefruit. Sebaliknya
di musim panas, buah-buahan semisal ceri, melon, semangka dan persik yang
melegakan dahaga begitu berlimpah.
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buahbuahan menjadi rezki untukmu..."
Ketika kita memandang pohon dengan buah-buahnya yang bergelantungan
di dahan atau ketika tanaman tersebut sedang ditanam terdapat sebuah kenikmatan
tersendiri yang Allah berikan. Pemandangan ratusan buah-buahan di atas batang
pohon yang kering dan menempel kuat pada dahannya, yang di dalamnya mengandung
air dan sebagian diantaranya terlihat seakan-akan permukaan luar kulit buah
tersebut terpoles hingga mengkilat, adalah bukti bahwa setiap buah-buahan
tersebut telah diciptakan oleh Allah. Sebagai contoh, buah anggur terlihat
seolah-olah telah di letakkan pada ranting-ranting tanaman anggur satu demi
satu. Allah telah menciptakan buah-buahan tersebut penuh keunikan keunikan tanpa
ada duanya. Ketika masih berada di dahan tanaman, anggur dibentuk dan
ditampilkan sedemikian rupa agar menarik manusia. Dengan alasan ini, ketika
menggambarkan surga dalam Al-Qur'an: "Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat
di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya." (QS.
Al-Insaan, 76:14), Allah menyatakan bahwa buah-buahan di surga mudah
dipetik.
Sudah pasti bahwa yang disebutkan disini hanyalah contoh-contoh
yang jumlahnya terbatas. Segala nikmat yang Allah ciptakan terlalu banyak untuk
dapat dihitung. Orang yang menyadari akan hal tersebut ketika berada di meja
makan akan teringat ayat Allah yang lain:
"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang
tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.
Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. An-Nahl, 16: 17-18)
Bagaimana rasa dan bau mendorong seseorang
berpikir?
Dengan senantiasa berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas,
manusia akan lebih menyadari tentang keindahan dan ketelitian dalam ciptaan
Allah. Ketika merenung tentang semua ini, orang yang sadar akan berpikir bahwa
kebahagiaan yang mucul ketika sedang merasakan nikmat-nikmat yang Allah berikan
adalah sebuah kebaikan yang besar. Ia ingat bahwa indra pengecap dan penciuman
telah menolong kita merasakan berbagai keindahan di dunia. Tanpa memiliki indra
penciuman, kita tidak akan mampu menikmati keharuman sekuntum bunga mawar,
buah-buahan yang kita makan atau daging panggang sebagaimana yang kita rasakan
saat ini. Tanpa indra pengecap, kita tidak dapat merasakan rasa coklat yang
khas, permen, daging, strawberi dan rasa lezat yang lain.
Hendaknya tidak dilupakan bahwa mungkin saja kita hidup di dunia
yang tidak memiliki warna, rasa dan aroma. Dan jika Allah tidak memberikan
segala kenikmatan ini, kita tidak akan mendapatkannya dengan cara apapun. Namun
Allah telah memberikan nikmat yang tak berhingga kepada manusia dengan
menciptakan rasa dan bau juga sistim indera untuk merasakannya.
Ketika berjalan-jalan di taman….
Bagaimana keindahan alam mendorong seseorang
berpikir?
Ketika melihat keindahan-keindahan di alam seseorang yang beriman
kepada Allah memuji Allah dengan mengagungkan-Nya. Ia sadar bahwa Allah telah
menciptakan segala keindahan yang ada. Ia tahu bahwa segala keindahan ini adalah
kepunyaan Allah dan merupakan perwujudan dari sifat-Nya Yang Maha Indah
(Al-Jamaal).
Ketika berjalan-jalan mengelilingi alam sekitar, seseorang
merasakan keindahan-keindahan yang lebih terasa dari sebelumnya. Dari sebatang
rumput hingga setangkai bunga daisy kuning, dari burung hingga semut, segala
sesuatunya penuh dengan kerumitan yang memerlukan perenungan. Ketika merenungkan
yang demikian, manusia akan memahami kekuasaan dan kebesaran Allah.
Kupu-kupu, misalnya, adalah makhluk yang sangat indah dan elok
untuk dilihat. Kupu-kupu, yang memiliki sayap dengan simetri dan disain semacam
renda yang demikian teliti sehingga terlihat seolah-olah dilukis dengan tangan,
dengan warna yang harmoni dan dipenuhi fosfor sehingga berpendar, adalah bukti
daya seni yang tak tertandingi dari ciptaan Allah.
Banyaknya jenis tanaman dan pohon yang tak terhitung di muka bumi
merupakan bagian dari keindahan ciptaan Allah. Bunga-bunga dengan warna yang
beraneka-ragam dan berbagai bentuk pepohonan telah diciptakan sedemikian rupa
sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia.
Seseorang yang memiliki keimanan akan berpikir bagaimana bunga
seperti mawar, violet, daisy, hyacinth, anyelir, anggrek dan bunga-bunga lainnya
memiliki permukaan yang sedemikian mulus, bagaimana mereka muncul dari biji-biji
mereka dalam keadaan yang halus sama sekali tanpa ada lipatan-lipatan, bagaikan
telah disetrika.
Satu lagi keajaiban ciptaan Allah adalah aroma sedap yang
menakjubkan dari bunga-bunga ini. Mawar, misalnya, memiliki wangi yang tidak
pernah berubah yang selalu dikeluarkannya. Bahkan dengan teknologi paling maju
sekalipun, bau yang menyamai mawar tidak dapat dibuat. Penelitian di
laboratorium-laboratorium untuk menyerupai bau ini belum mendatangkan hasil yang
memuaskan. Aroma parfum yang diproduksi dengan meniru bau mawar pada umumnya
memiliki bau harum yang sedemikian kuat sehingga mengganggu orang. Tetapi bau
asli dari bunga mawar tidak menimbulkan gangguan apapun bagi manusia.
Orang yang beriman sadar bahwa segala sesuatu ini diciptakan Allah
agar ia memuji-Nya, untuk menunjukkan kepadanya karya seni dan ilmu Allah dari
keindahan-keindahan yang ia ciptakan. Sadar akan hal ini, seseorang yang
menyaksikan keindahan kebun ketika sedang berjalan-jalan akan mengagungkan Allah
seraya mengatakan, "Maa syaa Allahu, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas
kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah)" (QS. Al-Kahfi, 18: 39). Ia ingat bahwa Allah telah memberikan segala
keindahan ini untuk kepentingan manusia dan Dia akan memberikan
kenikmatan-kenikmatan luar biasa kepada orang-orang mukmin yang tidak ada
bandingannya di akhirat; sehingga kecintaannya kepada Allah semakin
bertambah.
Sudahkah anda merenungkan tentang seekor semut yang
anda lihat ketika berjalan di sebuah taman?
Manusia pada umumnya tidak begitu memperhatikan pentingnya berpikir
tentang beragam makhluk hidup yang mereka lihat di sekitarnya. Mereka tidak
membayangkan bahwasanya benda-benda hidup yang mereka jumpai setiap hari
tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat menarik. Sebaliknya, bagi seseorang yang
beriman, setiap makhluk hidup ciptaan Allah memiliki karakteristik yang
menunjukkannya sebagai sebuah ciptaan yang sempurna. Semut adalah salah satu
diantaranya.
Sewaktu berjalan-jalan di taman, orang yang beriman tidak
memalingkan muka ketika melihat seekor semut. Dengan mengamati ciri-cirinya yang
mengagumkan, ia menyaksikan kesempurnaan ciptaan Allah.
Bahkan dengan hanya mengamati cara berjalan seekor semut pun dapat
mendorong akal kita untuk berpikir. Semut menggerakkan kaki-kakinya yang sangat
kecil secara berurutan dan sangat terorganisir, mengetahui dengan baik dan
sempurna kaki yang mana yang seharusnya melangkah terlebih dahulu untuk kemudian
diikuti kaki yang lain. Ia dapat berjalan dengan sangat cepat tanpa lelah.
Serangga mungil ini mampu mengangkat beban yang bobotnya jauh lebih
berat dibanding tubuhnya, dan membawanya ke sarang sendirian. Ia mampu menempuh
perjalanan yang jaraknya sangat jauh dibandingkan dengan panjang tubuhnya yang
sangat pendek. Di atas tanah yang rata dan tidak berjejak, tanpa penunjuk arah,
semut dapat dengan mudah menemukan sarangnya. Kendatipun lubang masuk sarang
terlalu kecil bagi manusia untuk menemukannya, semut tidak merasakan kebingungan
dan menemukan sarang tersebut, tak menjadi soal dimana sarang tersebut
berada.
Ketika sedang berada di kebun dan melihat semut-semut yang berbaris
satu dengan yang lain, bekerja keras dan bersemangat mengangkut makanan ke dalam
sarangnya, seseorang tak mampu berhenti bergumam dalam hati mengapa makhluk yang
mungil ini kelihatan seolah-olah bekerja begitu keras. Seseorang kemudian
menyadari bahwa semut tersebut mengumpulkan makanan tidak hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi juga untuk para anggota koloni semut yang lain, untuk sang ratu
dan bayi-bayi semut. Bagaimana semut yang mungil yang tidak memiliki otak yang
sempurna akan tetapi mampu berperilaku rajin, disiplin dan berkorban untuk orang
lain adalah sesuatu yang perlu untuk direnungkan. Setelah memikirkan secara
mendalam tentang fenomena-fenomena ini, seseorang mencapai sebuah kesimpulan:
semut, sebagaimana makhluk hidup yang lain, berperilaku dengan mengikuti
petunjuk Allah dan mematuhi perintah-perintah-Nya saja.
Bagaimana gerakan tanaman merambat mendorong
seseorang berpikir?
Orang mukmin yang sedang berjalan di sebuah taman juga memikirkan
tentang tanaman yang merambat, yang juga dikenal dengan istilah ivy, yang ia
temui, yang merupakan satu dari nikmat-nikmat yang Allah ciptakan.
Bagi orang yang berpikir, di setiap benda hidup terdapat
tanda-tanda yang dapat dijadikan pelajaran. Sebagai contoh, ivy yang
melingkarkan tubuhnya mengelilingi sebuah dahan atau benda lain adalah fenomena
yang perlu dipikirkan secara seksama. Jika pertumbuhan ivy direkam dan
dipertunjukkan ulang dengan cepat, akan terlihat bahwa ivy bergerak seolah-olah
ia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Ia seolah-olah melihat dahan yang
berada tepat di hadapannya, lalu ia mengulurkan dirinya ke arah dahan tersebut
dan mengikatkan diri ke dahan seperti tali lasso. Kadangkala ia melingkari dahan
tersebut beberapa kali untuk menguatkan ikatan dirinya terhadap dahan. Ia tumbuh
sangat cepat dengan cara yang demikian dan ketika telah sampai di ujung dahan,
ia tumbuh dengan mengikuti arah baru yakni kembali tumbuh melingkari dahan
dengan arah ke belakang, atau tumbuh kebawah. Seorang mukmin yang menyaksikan
semua ini kembali sadar bahwa Allah telah menciptakan semua benda hidup, dan
bahwa Dia menciptakannya sebagai sistim yang unik dan tanpa cacat.
Ketika seseorang terus mengamati gerakan-gerakan ivy, ia menemukan
satu ciri menarik lain dari tumbuhan tersebut. Ia melihat bahwa ivy dengan kuat
melekatkan dirinya di atas permukaan dimana ia berada dengan menjulurkan
lengan-lengan sampingnya. Bahan yang kental yang diproduksi oleh tanaman yang
tidak memiliki kesadaran tersebut merekat sedemikian kuat sehingga ketika
tanaman ini dicoba untuk dipindahkan dengan cara menariknya dari tempat ia
berada, maka cat yang ada ditembok akan ikut terangkat juga.
Keberadaan tanaman yang merambat sebagaimana diuraikan atas
menunjukkan kepada orang mukmin yang melihat dan kemudian memikirkannya, akan
kekuasaan Allah, Pencipta tanaman tersebut.
Bagaimana pepohonan mendorong seseorang untuk
berpikir?
Setiap hari kita melihat pepohonan di berbagai tempat; akan tetapi,
pernahkan kita memikirkan bagaimana air dapat mencapai daun yang paling jauh
letaknya di ujung teratas dari sebuah pohon yang tinggi? Kita akan mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang keluarbiasaan ini dengan membuat sebuah
perbandingan. Tidaklah mungkin bagi air dalam sebuah tanki di bagian bawah
bangunan anda untuk naik ke lantai yang lebih atas tanpa adanya sebuah tanki
hidroforik atau mesin pompa air yang kuat. Anda tidak akan mampu memompa air
kendatipun hanya sampai ke lantai pertama. Oleh karena itu, sudah seharusnya ada
sistim pemompaan yang mirip dengan mesin hidrofonik yang dimiliki oleh pohon.
Jika tidak, mustahil air akan dapat mencapai batang pohon dan cabang-cabangnya
di bagian atas sehingga pohon-pohon tersebut akan segera mati.
Namun Allah telah menciptakan untuk tiap-tiap pohon semua sarana
dan perlengkapan yang diperlukan. Tambahan lagi, sistim pemompaan di setiap
pohon terlalu canggih dibandingkan dengan yang ada di bangunan tempat tinggal
manusia. Ini adalah satu diantara beragam hal yang hendaknya dipikirkan oleh
seseorang ketika sedang menyaksikan tanaman-tanaman tersebut. Dan pemikiran
semacam ini hanya akan muncul jika ia senantiasa melihat ke segala sesuatu
dengan menggunakan "mata yang benar-benar melihat", yakni melihat sambil
memikirkan secara mendalam tentang apa yang sedang dilihatnya.
Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Ketika
memandang sebuah pohon, seseorang yang merenungkan segala sesuatu yang
dilihatnya tidak akan menganggap daun-daun pohon tersebut sebagai bentuk-bentuk
sederhana sebagaimana ia terbiasa untuk melihatnya. Ia berpikir berbagai hal
yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain. Dedaunan, misalnya, adalah
sesuatu yang rentan dan mudah rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang
karena panasnya terik sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia
berada pada suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia
menderita dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah panas
matahari yang menyengat tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan
berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air yang mengalir melalui
pembuluh-pembulunya yang mirip benang. Ini adalah sebuah keajaiban penciptaan
yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tak
tertandingi. Berpikir tentang keajaiban ciptaan tersebut, seseorang yang beriman
mampu sekali lagi melihat kebesaran Allah untuk kemudian mengagungkan-Nya.
Ketika sedang membaca surat kabar, melihat TV...
Orang-orang mengikuti berita melalui berbagai surat kabar dan TV di
siang hari ataupun setelah mereka kembali ke rumah di petang hari. Dalam laporan
berita tersebut, banyak pemberitaan-pemberitaan yang dapat dipikirkan dan
dilihat atau diambil darinya peringatan serta tanda-tanda kekuasaan Allah oleh
orang-orang yang memiliki nalar.
Bagaimana jumlah kasus kejahatan, penyerangan dan
pembunuhan mendorong seseorang untuk berpikir?
Setiap hari, melalui surat kabar lokal maupun berita televisi,
seseorang mengetahui adanya kasus pembunuhan, penganiayaan, pencurian,
perampokan, penipuan dan bunuh diri. Kejadian yang sering ini, serta kebanyakan
manusia yang begitu cenderung melakukan tindak kriminal tersebut memperlihatkan
akibat yang diderita oleh manusia yang hidupnya tidak berlandaskan agama Allah.
Penculikan yang dilakukan oleh seseorang terhadap seorang anak kecil untuk
mendapatkan uang tebusan yang menyebabkannya dihantui oleh perasaan takut yang
sangat termasuk upaya pembunuhan terhadapnya; seseorang yang menodongkan
senapannya ke arah orang lain lalu menembaknya tanpa ragu-ragu; seseorang yang
menerima uang suap, melakukan bunuh diri atau penipuan…Semua ini adalah indikasi
bahwa para pelaku tindak kriminal tersebut tidak takut kepada Allah dan tidak
yakin akan keberadaan hari akhirat. Seseorang yang takut kepada Allah dan
mengetahui bahwa ia akan dihisab di hari akhir tidak akan pernah berani
melakukan satu pun dari berbagai kejahatan tersebut. Sebab semuanya adalah
perbuatan yang akan dibalas dengan api neraka di akhirat.
Dalam masyarakat yang memiliki rasa takut kepada Allah, tak satupun dari pemandangan ini terjadi. |
Mungkin ada yang berkata:"Saya seorang ateis. Saya tidak percaya
kepada Allah, tapi saya tidak menerima uang suap". Pernyataan orang yang tidak
takut kepada Allah ini tidak meyakinkan sama sekali. Sangat mungkin bahwa
komitmen dalam memegang janjinya akan melemah ketika kondisi berubah. Sebagai
contoh, jika ia harus mendapatkan uang untuk keperluan yang sangat mendesak, dan
kebetulan berada pada kondisi yang memungkinkannya untuk mencuri atau menerima
uang suap, ia dapat saja tidak memegang janjinya. Hal yang sama dapat berlaku
ketika nyawanya berada dalam bahaya. Kendatipun ia dapat menahan diri dari
mengambil uang suap dalam situasi yang sulit, ia mungkin cenderung untuk
melakukan perbuatan terlarang lainnya. Sebaliknya, orang yang beriman tidak
pernah melakukan apapun yang tidak mampu dipertanggung jawabkannya di
akhirat.
Jadi, penyebab semua tindak kejahatan tersebut, yang mendorong kita
melakukan protes dan berteriak,"apa yang terjadi pada masyarakat kita!" melalui
surat kabar, TV, kantor-kantor pada hakikatnya adalah jauhnya mereka dari agama.
Ketika menyaksikan berita-berita sebagaimana di atas, orang yang beriman tidak
memalingkan muka, sebaliknya mereka berpikir bahwa satu-satunya jalan keluar
adalah untuk menyampaikan ajaran agama dan menghidupkan nilai-nilai akhlaq dalam
masyarakat. Sebab dalam masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang takut
kepada Allah dan tahu bahwa mereka akan mempertanggung jawabkan perbuatannya di
akhirat, tidaklah mungkin semua peristiwa ini terjadi. Dalam masyarakat yang
demikian, kedamaian dan keamanan akan dinikmati pada puncaknya.
Bagaimana acara diskusi TV sampai pagi hari
mendorong seseorang berpikir?
Bagi seseorang yang terus-menerus berpikir mendalam tentang segala
yang ia lihat di sekitarnya, acara-acara diskusi yang disiarkan melalui TV pun
dapat dijadikan bahan renungan.
Acara-acara tersebut menampilkan tokoh-tokoh serta para ahli di
bidang yang sedang menjadi topik hangat di hari itu. Mereka mendiskusikan sebuah
topik selama berjam-jam, namun tak seorang pun di antara mereka mampu memberikan
jalan keluar atau mencapai sebuah kesimpulan. Padahal mereka yang menghadiri
acara diskusi tersebut adalah orang-orang yang dipercayai memiliki kemampuan
dalam memecahkan masalah yang ada.
Sungguh, jalan keluar dari sebagian besar permasalahan yang sedang
didiskusikan tersebut sangatlah jelas. Namun kepentingan pribadi masing-masing
orang, pengaruh dari golongan mereka, ambisi untuk menonjolkan diri pribadi dari
pada mencari sebuah solusi secara ikhlas, membawa mereka pada jalan buntu.
Ketika menyaksikan ini semua, orang yang memiliki nalar akan
berpikir bahwa sebenarnya penyebab dari persoalan yang ada terletak pada jauhnya
masyarakat dari agama Allah. Orang yang beriman kepada Allah tidak pernah
menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, sia-sia ataupun acuh tak
acuh. Ia sadar bahwa ada kebaikan di setiap peristiwa yang Allah perlihatkan
kepadanya. Ia paham bahwa ia selalu berada dalam keadaan diuji di dunia ini yang
mengharuskannya untuk menggunakan akal, kekuatan dan pengetahuannya dalam segala
hal yang dapat membuat Allah ridha.
Di samping itu, seorang mukmin senantiasa ingat akan sebuah ayat
Allah ketika melihat acara tersebut:
"… Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."
(QS. Al-Kahfi, 18: 54)
Dalam acara diskusi tersebut terlihat adanya perdebatan, atau
bahkan, percekcokan antar para tokoh dan ahli yang tampil di TV. Juga
ketidakmengertian mereka akan permasalahan yang dikemukakan kepada mereka,
terobsesi dengan apa yang akan mereka katakan dan mencoba untuk paling dahulu
mengatakannya, saling memotong pembicaraan, meninggikan suara dengan mudahnya,
begitu cepat kehilangan kesabaran, saling melontarkan ejekan; adalah bukti yang
penting untuk diperhatikan dalam mamahami aspek-aspek negatif dari orang-orang
ini.
Di sebuah lingkungan dengan seratus persen orang-orang yang ikhlas
dan jujur yang mempunyai rasa takut kepada Allah, tontonan yang memakan waktu
lama dan tak ada hasilnya semacam ini tidak pernah terjadi. Karena tujuan mereka
adalah mencari jalan keluar yang paling diridhai Allah, dan yang paling membawa
manfaat bagi masyarakat, maka metode yang paling tepat sesuai dengan akal dan
nalar akan mudah ditemukan dan dilaksanakan tanpa membuang-buang waktu. Karena
setiap orang akan merasa puas dengan keputusan akhir maka percekcokan pun tidak
akan terjadi.
Jika ada yang merasa keberatan berdasarkan dalih yang dapat
diterima serta mengusulkan jalan keluar yang lebih baik, maka usulan ini yang
akan langsung dipakai. Mereka yang takut kepada Allah tidak seperti kebanyakan
orang, dan tidak menunjukkan sikap keras kepala dan arogan. Dengan mengingat apa
yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an; "… Dan di atas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui" (QS. Yuusuf, 12: 76), mereka
mengambil pilihan yang paling tepat.
Kebalikannya, yakni diskusi yang berlangsung hingga pagi hari tanpa
dihasilkannya suatu pemecahan masalah adalah contoh berharga yang dapat terjadi
di sebuah lingkungan dimana akhlaq mulia yang diajarkan agama tidak
dijalankan.
Bagaimana kelaparan dan kemelaratan di setiap
penjuru dunia mendorong seseorang untuk berpikir?
Salah satu permasalahan yang sering dibahas di media massa adalah
ketidakadilan dalam masyarakat.
Ketika di belahan dunia yang satu terdapat negara-negara yang
sangat makmur dengan tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi, namun di belahan
bumi yang lain terdapat orang-orang yang tidak memiliki sesuatupun yang dapat
dimakan atau obat untuk penyakit yang paling ringan sekalipun sehingga mereka
pada akhirnya meninggal tak terurus. Pertama-tama, fenomena tersebut menunjukkan
keberadaan sebuah sistim yang dzalim dan tidak adil di dunia. Sebenarnya
sangatlah mudah bagi satu atau segilintir negara untuk menyelamatkan orang-orang
yang terdzalimi ini. Misalnya, rakyat di negara-negara tetangga di Afrika sedang
mati kelaparan, namun ada kelompok masyarakat yang telah menumpuk harta dari
pertambangan intan dan dengannya membangun sebuah peradaban yang maju.
Kendatipun sangat mudah untuk memindahkan orang-orang yang hidup melarat dan
kelaparan dan hampir meninggal ini, atau memberi sarana yang mereka butuhkan di
daerah tempat tinggal mereka, namun selama puluhan tahun tidak ada jalan keluar
yang berarti yang telah diberikan kepada mereka. Menolong orang tersebut
bukanlah sebuah tugas yang dapat diselesaikan oleh segelintir orang. Untuk
mendapatkan penyelesaian yang berarti, perlu banyak orang yang mau mengorbankan
diri mereka. Sayangnya, hingga kini jumlah orang yang menklaim telah mengatasi
bencana kemanusiaan tersebut masih terlalu sedikit.
Di lain pihak, trilyunan dolar telah dihambur-hamburkan di setiap
penjuru dunia untuk beragam tujuan. Di satu sisi ada orang-orang yang membuang
makanannya hanya karena tidak puas dengan jumlah garam dalam makanan tersebut,
di lain pihak ada manusia yang mati karena tidak menemukan makanan untuk
dimakan. Ini adalah bukti nyata adanya tatanan yang dzalim dan tidak adil akibat
tidak diamalkannya akhlaq agama.
Orang yang memahami persoalan ini berpikir bahwa satu-satunya yang
akan menghilangkan ketidakadilan adalah akhlaq yang diajarkan Allah. Mereka yang
takut kepada Allah dan bertingkah laku sesuai dengan hati nurani dan akalnya
tidak akan pernah membiarkan kepincangan dan ketidakadilan yang ada. Mereka akan
keluar untuk menolong orang-orang yang membutuhkan dengan solusi yang cepat,
tepat dan permanen tanpa menonjolkan diri ataupun mengharapkan segala sesuatu
yang bersifat duniawi.
Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa menolong kaum fakir dan miskin
adalah ciri orang-orang yang takut kepada Allah dan hari pembalasan:
"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia dalam bagian
tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang yang mempercayai hari pembalasan,
dan orang-orang yang takut terhadap adzab Tuhannya." (QS. Al-Ma’arij, 70:
24-27)
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut
akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka
masam penuh kesulitan." (QS. Al-Insaan, 76: 8-10)
Tidak memberi makan kepada orang miskin adalah ciri orang yang
tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut kepada Allah:
"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian
masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia
dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak
beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain)
untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari
ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah
dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa." (QS.
Al-Haaqqah, 69: 30-37)
Bagaimana bencana alam yang terjadi di seluruh dunia
mendorong seseorang berpikir?
Diantara pemberitaan yang sering kita disaksikan di berbagai
stasiun TV dan surat kabar adalah laporan tentang bencana alam. Manusia dapat
tertimpa bencana alam seperti gempa bumi hebat, kebakaran ataupun banjir.
Seseorang yang menyaksikan berbagai liputan tentang bencana alam berpikir bahwa
Allah mempunyai kuasa atas segala sesuatu, bahwa Dia dapat saja menghancur
luluhkan sebuah kota hingga rata dengan tanah jika Dia menghendaki. Setelah
memikirkan ini semua, ia paham bahwa tidak ada sesuatupun selain Allah yang
dapat dijadikan tempat berlindung dan memohon pertolongan. Bahkan
bangunan-bangunan yang paling kokoh; kota-kota yang dilengkapi dengan teknologi
yang paling canggih pun tidak akan mampu bertahan terhadap adzab Allah; mereka
dapat musnah seketika.
Semua pemandangan ini ditunjukkan kepada manusia agar berpikir dan
mengambil pelajaran.
Orang yang mendengar atau membaca laporan bencana alam tersebut
juga berpikir bahwa Allah telah menurunkan bencana atas kota ini untuk suatu
tujuan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa kepada bangsa-bangsa yang
menentang, Allah mengirimkan adzab agar mereka sadar atau mendapatkan balasan
dari perbuatan mereka. Dengan demikian jika suatu masyarakat melakukan bentuk
perbuatan yang tidak diridhai Allah, mereka pun akan dikenai hukuman Allah
dengan sebab tersebut. Atau Allah mungkin sedang menguji mereka dengan kesusahan
di dunia.
Dengan memikirkan segala kemungkinan tersebut, seseorang akan takut
kalau-kalau hal serupa akan juga menimpanya, dan memohon ampunan Allah atas
segala perbuatannya.
Tak seorang atau suatu bangsa pun dapat menghindar dari bencana
apapun kecuali jika Allah berkehendak lain. Tak peduli apakah bangsa tersebut
termasuk yang paling kaya dan terkuat di dunia atau mendiami sebuah tempat yang
letak gegrafisnya tidak menunjukkan adanya kemungkinan terkena bencana tersebut.
Allah berfirman bahwa tak ada satupun bangsa yang mampu mencegah bencana yang
akan menimpa mereka.
"Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang
tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka
sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan adzab Allah kecuali orang-orang yang
merugi. Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri
sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami adzab
mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka
tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?" (QS. Al-A’raaf, 7: 97-100)
Bagaimana berita tentang sistem riba mendorong
seseorang berpikir?
Topik lain yang sering muncul dalam berita adalah masalah ekonomi
yang makin terpuruk. Sejumlah berita negatif khususnya tentang nilai suku bunga
atau riba disiarkan setiap hari. Orang yang membaca laporan-laporan yang
menyebut tentang suku bunga yang tidak terkendali dan menyebabkan krisis ekonomi
berpikir bahwa akibat dari perbuatan terlarang yang begitu luasnya tersebar,
Allah mengurangi pendapatan mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam ayat, "… Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.". (QS. Al-Baqarah, 2: 276), Allah mampu menghilangkan keuntungan
yang dihasilkan melalui bunga atau riba, dan menurunkan produktifitasnya. Fakta
ini tercantum dalam ayat lain:
"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)" (QS. Ar-Ruum, 30: 39)
Bagi orang yang merenung, berita tentang riba termasuk bukti nyata
yang menunjukkan bahwa ayat Allah berlaku pada manusia
Berpikir tentang tempat-tempat yang indah
Melalui acara-acara TV, surat kabar dan majalah-majalah manusia
dapat menyaksikan sekaligus memikirkan keindahan-keindahan yang Allah ciptakan.
Melihat ataupun mengunjungi pemandangan yang mempesona, rumah yang bagus, taman
atau pantai yang indah sudah pasti menyenangkan setiap orang. Beragam
pemandangan tersebut pertama-tama dapat mengingatkan seseorang akan surga. Orang
yang beriman sekali lagi ingat bahwa Allah, yang telah memberikan sedemikian
banyak nikmat dan menunjukkan keindahan yang luar biasa, telah menyediakan
tempat-tempat yang keindahannya tak tertandingi di surga.
Pemandangan tersebut dapat pula mendorong seseorang untuk berpikir:
setiap keindahan yang diciptakan di dunia memiliki sejumlah ketidaksempurnaan
karena memang dunia adalah tempat ujian. Seseorang yang berada beberapa saat di
tempat-tempat rekreasi yang gambarannya pernah ia saksikan sebelumnya di TV
dapat melihat kekurangan-kekurangan tersebut. Beberapa contoh diantaranya adalah
cuaca yang terlalu lembab, air laut yang kadar garamnya sangat tinggi, panas
terik yang menyengat, lalat yang berterbangan di mana-mana. Di dunia terdapat
banyak kesulitan-kesulitan dan keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan seperti
sakit akibat tersengat sinar matahari, agen perjalanan yang kurang
terorganisasi, temperamen kurang bersahabat dari orang-orang yang bersama-sama
dengan kita merasakan kondisi ini.
Sebaliknya, di dalam surga terdapat keindahan-keindahan yang
sempurna dan asli, tak terdapat sesuatupun yang mengganggu manusia dan tak
satupun percakapan yang tidak menyenangkan akan terucap. Ketika melihat setiap
keindahan yang ada di dunia, ia memikirkan dan mendambakan surga. Ia selalu
bersyukur atas segala kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah kepadanya di
dunia, dan ia menikmatinya sambil berpikir bahwa semua ini adalah anugerah yang
Allah turunkan dari rahmat-Nya. Dengan mengetahui bahwa sumber dari segala
keindahan ini berasal dari surga, ia tidak akan melupakan akhirat akibat
terlenakan oleh keindahan-keindahan dunia. Ia menjalani kehidupan dengan cara
yang membuatnya mampu memperoleh keindahan abadi dan layak untuk masuk ke dalam
surga Allah.
Bagaimana informasi dari majalah ilmiah yang menyatakan bahwa unsur
penyusun materi adalah atom membuat seseorang berpikir?
Tanpa memikirkan terhadap apa-apa yang ia ketahui, seseorang tidak
akan mampu mengetahui hal-hal yang demikian rumit namun penting; dan menyadari
betapa luar biasanya lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, orang yang
beriman senantiasa memikirkan berbagai makhluk hidup dan kejadian-kejadian yang
Allah ciptakan. Kendatipun semua itu dapat berupa segala sesuatu yang sudah umum
dan diketahui oleh banyak orang, namun ia mampu untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.
Sebagai contoh, adalah fakta yang telah dikenal luas bahwa unsur
dasar penyusun setiap benda di jagad raya, hidup ataupun tak hidup, adalah
atom-atom. Dengan kata lain sebagian besar manusia tahu bahwa buku yang mereka
baca, kursi yang mereka duduki, air yang mereka minum dan apapun yang mereka
lihat di sekitar mereka tersusun atas atom-atom. Namun hanya orang-orang yang
memiliki nalar dan kesadaran saja yang mampu berpikir lebih jauh tentang hal ini
dan menyaksikan kehebatan Allah.
Ketika orang-orang tersebut melihat sebuah laporan yang membahas
tentang topik di atas, ia akan berpikir sebagaimana berikut: atom-atom adalah
benda tak hidup. Lalu bagaimana substansi tak hidup seperti atom-atom dapat
bergabung dan membentuk wujud manusia yang memiliki kemampuan untuk melihat,
mendengar, menafsirkan segala sesuatu yang mereka terima, menikmati musik yang
mereka dengar, berpikir, membuat keputusan-keputusan, menjadi bahagia atau tidak
bahagia? Bagaimana manusia mendapatkan segala kemampuan seperti ini?; yakni
sifat-sifat kemanusiaan yang sama sekali berbeda dengan wujud fisik yang
dihasilkan dari penggabungan atom-atom yang berbeda tersebut.
Sudah tentu atom-atom yang tak hidup dan tidak memiliki kesadaran
tersebut tidak dapat memberikan kepada manusia sifat-sifat kemanusiaan. Adalah
fakta bahwa Allah menciptakan manusia dengan ruh yang memiliki sifat-sifat
tersebut. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah ayat Allah:
"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (QS.
As-Sajadah, 32: 7-9)
Beberapa fakta yang didapatkan oleh seseorang
setelah berpikir secara mendalam
Pernahkan anda berpikir bahwa setiap sesuatu diciptakan untuk
manusia saja?
Ketika seseorang yang beriman kepada Allah mengamati segala sesuatu
beserta sistim yang ada, hidup ataupun tak hidup, yang ada di jagad raya dengan
menggunakan mata yang penuh perhatian, ia melihat bahwa segalanya telah
diciptakan untuk manusia. Ia mengetahui bahwa tak satupun yang muncul dan
menjadi ada di dunia secara kebetulan, namun diciptakan oleh Allah dalam keadaan
yang sangat sesuai untuk kehidupan manusia.
Misalnya, dari dulu hingga sekarang manusia dapat bernapas tanpa
susah payah di setiap saat. Udara yang ia hirup tidak membakar saluran
hidungnya, tidak membuatnya mabuk ataupun sakit kepala. Komposisi unsur-unsur
ataupun senyawa-senyawa gas dalam udara telah ditetapkan dalam jumlah yang
paling sesuai untuk tubuh manusia. Seseorang yang memikirkan hal ini teringat
akan hal lain yang sangat penting: seandainya kadar oksigen dalam atmosfir
sedikit lebih atau kurang dari yang ada sekarang, dalam dua keadaan tersebut
kehidupan akan hancur. Ia lalu ingat betapa susahnya bernapas ketika berada
dalam tempat yang tidak mengandung udara. Ketika seorang yang beriman
terus-menerus memikirkan masalah ini, ia akan selalu bersyukur kepada Tuhannya.
Ia melihat bahwa atmosfir bumi dapat saja dibuat sedemikian rupa sehingga
membuatnya susah untuk bernapas sebagaimana banyak planet-planet yang lain.
Namun tidak lah demikian kenyataannya, atmosfir bumi diciptakan dalam
keseimbangan dan keteraturan yang demikian sangat sempurna sehingga membuat
jutaan manusia bernapas tanpa susah payah.
Seseorang yang tiada henti memikirkan tentang planet dimana ia
hidup, meyadari betapa pentingnya air yang diciptakan Allah untuk kehidupan
manusia. Kemudian ia pun berpikir: manusia pada umumnya paham tentang pentingnya
air hanya ketika mereka kekurangan air dalam waktu yang lama. Air adalah
substansi yang kita butuhkan setiap saat dalam hidup kita. Misalnya, sebagian
besar dari sel-sel tubuh, dan darah yang menjangkau setiap bagian kecil dari
tubuh kita tersusun atas air. Jika tidak demikian, maka fluiditas darah akan
berkurang dan darah akan sangat sulit mengalir di dalam pembuluh vena. Fluiditas
air tidak hanya penting bagi tubuh kita akan tetapi juga untuk tumbuh-tumbuhan.
Air mampu menjangkau bagian yang paling ujung dari daun dengan melalui
pembuluh-pembuluhnya yang halus seperti benang.
Massa air yang sangat besar di lautan menjadikan bumi kita tempat
yang dapat didiami. Jika proporsi lautan di bumi menjadi lebih kecil dari
daratan, di mana-mana akan berubah menjadi gurun yang tidak memungkinkan adanya
kehidupan.
Seseorang yang sadar dan berpikir tentang hal ini akan benar-benar
yakin bahwa adanya keseimbangan yang begitu sempurna di bumi sudah pasti
bukanlah sebuah kebetulan. Setelah menyaksikan dan memikirkan fenomena tersebut,
akan tampak bahwa segala sesuatu diciptakan dengan sebuah tujuan oleh Pencipta
yang Maha Tinggi dan Pemilik Kekuatan yang Abadi.
Di samping itu, ia juga sadar bahwa contoh-contoh yang telah ia
pikirkan sebagaimana di atas sangatlah terbatas. Sungguh, tidaklah mungkin untuk
menyebutkan jumlah seluruh contoh-contoh yang berkenaan dengan keseimbangan yang
sempurna di bumi. Bagi orang yang berpikir, ia akan dapat dengan mudah
menyaksikan keteraturan, kesempurnaan dan keseimbangan yang terlihat jelas di
setiap sudut jagad raya, dan dengannya mencapai suatu kesimpulan bahwa segala
sesuatu diciptakan Allah untuk manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berpikir." (QS. Al-Jaatsiyah, 45: 13)
Bagaimana kekekalan mendorong seseorang
berpikir?
Setiap orang telah mengetahui konsep kekekalan atau keabadian,
namun sudahkan anda berpikir tentang kekekalan? Ini adalah salah satu yang
menjadi bahan renungan orang yang beriman kepada Allah.
Keberadaan kehidupan surga dan neraka yang kekal ciptaan Allah
sangatlah penting dan perlu untuk direnungkan oleh setiap orang. Seseorang yang
memikirkannya akan mendapat gambaran dalam benaknya: surga yang abadi adalah
nikmat dan pahala yang sangat besar yang diberikan kepada manusia setelah mati.
Kehidupan yang penuh kemuliaan di surga tidak akan pernah berakhir. Manusia
hidup di dunia paling lama seratus tahun. Namun kehidupan di surga akan
berlangsung selama trilyunan tahun dikalikan angka trilyunan tanpa ada
akhirnya.
Orang yang ingat akan hal tersebut sadar bahwa sangatlah sulit bagi
manusia untuk memahami konsep keabadian. Contoh berikut mungkin membantu dalam
menjelaskan masalah ini: "seandainya di dunia terdapat seratus trilyun manusia,
dan semuanya memiliki umur seratus trilyun tahun, dan mereka menghabiskan
seluruh waktu hidupnya dengan berhitung di siang dan malam hari, maka jumlah
total angka yang mereka capai tetap nol dibandingkan dengan jumlah tahun yang
akan mereka habiskan di kehidupan yang kekal di akhirat."
Setelah memikirkan masalah di atas, seseorang akan sampai pada
kesimpulan sebagai berikut: Allah memiliki ilmu yang sedemikian luas dan tinggi
yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peristiwa yang berlangsung terus
menerus sepanjang waktu tanpa ada akhirnya atau dengan kata lain berlansung
secara kekal dalam pandangan manusia, telah selesai atau berakhir dalam
pandangan Allah. Setiap peristiwa dan setiap pikiran manusia, terlepas dari
bentuk maupun waktu terjadinya peristiwa dan pikiran ini, yang terjadi sejak
pertama kali waktu diciptakan hingga saat keabadian berlangsung telah ditentukan
dan diputuskan menurut ilmu-Nya.
Demikian pula, seseorang seharusnya berpikir bahwa neraka adalah
tempat tinggal selamanya bagi orang-orang yang tidak beriman. Terdapat beragam
bentuk penyiksaan, hukuman dan kehidupan yang menyengsarakan di neraka Di tempat
ini mereka menderita siksaan jasad dan ruh yang terus-menerus tanpa istirahat.
Siksaan yang tiada pernah berhenti hingga akhir masa, dan tidak pula pernah
dihentikan untuk tidur ataupun istirahat. Seandainya ada akhir dari kehidupan di
neraka, ini akan menjadi harapan bagi para penghuni neraka kendatipun
bertrilyun-trilyun tahun kemudian. Namun, yang mereka terima sebagai balasan
dari dosa-dosa yang mereka perbuat di kehidupan dunia adalah adzab yang
kekal.
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya." (QS. Al-A'raaf, 7: 36)
Sangatlah penting bagi setiap individu untuk mencoba memahami
keabadian dengan merenungkannya dalam rangka meningkatkan semangat dalam meraih
akhirat, dan menguatkan ketakutan dan pengharapannya. Sangat takut kepada
siksaan yang kekal, namun pada saat yang sama senantiasa berharap untuk
mendapatkan surga yang abadi.
Bagaimana seseorang berpikir tentang mimpi?
Terdapat sejumlah pelajaran penting dalam fenomena mimpi bagi orang
yang berpikir. Ia berpikir: betapa "sangat nyatanya" mimpi-mimpi yang dilihatnya
ketika sedang tidur, tidak begitu berbeda dengan ketika ia sedang terjaga.
Misalnya, kendatipun jasad sedang terbujur di tempat tidur, dalam mimpinya ia
melakukan perjalanan bisnis, bertemu dengan orang-orang baru, makan siang sambil
mendengarkan musik. Ia menikmati rasa makanannya, menari-nari mengikuti irama
musik, merasa sangat gembira karena peristiwa-peristiwa yang terjadi, menjadi
bahagia dan tidak bahagia, takut, merasa lelah, bahkan mampu mengemudikan
kendaran yang belum pernah dinaikinya atau bahkan belum tahu bagaimana
mengendarainya hingga hari itu.
Kendatipun tubuh tertidur dengan tenang di pembaringan dengan kedua
mata terpejam, ia melihat beragam pemandangan dari tempat di mana ia berada. Ini
berarti bahwa apa yang melihat bukanlah matanya. Meskipun ruangan tempat ia
tidur kosong, ia mendengar suara-suara. Ini berarti bahwa yang mendengar
bukanlah telinganya. Segala sesuatu terjadi di dalam otaknya. Setiap kejadian
tersebut sama sekali nyata seakan-akan setiap apa yang dilihat benar-benar nyata
dan asli kendatipun tak satupun dari yang dilihatnya tersebut memiliki keaslian
atau wujud di luar mimpinya. Lalu apakah yang menyebabkan
pemandangan-pemandangan tersebut tampak sedemikian nyata di benak seseorang?
Manusia tidak mampu membuatnya secara sadar dan sengaja ketika sedang tidur.
Otak pun tidak akan mampu membuat sendiri gambar-gambar serupa. Otak adalah
sebuah gumpalan yang terdiri atas molekul-molekul protein. Sangatlah tidak
rasional untuk mengatakan bahwa substansi ini dengan sendirinya mampu membuat
gambaran, bahkan menampilkan wajah-wajah manusia, tempat-tempat, suara yang
belum pernah terdengar kecuali pada hari itu. Lalu siapakah yang memperlihatkan
gambar-gambar atau pemandangan-pemandangan ini dalam mimpi ketika sedang tidur?
Sekali lagi, seseorang yang merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini akan melihat
kebenaran yang hakiki: Allah lah yang membuat manusia tidur, mengambil ruh
mereka ketika mereka sedang tidur, mengembalikannya kepada mereka ketika bangun
dan memperlihatkan mimpi-mimpi mereka dalam tidur.
Orang yang mengetahui bahwa Allah memperlihatkan mimpi juga akan
merenungkan makna tersembunyi dan tujuan penciptaan mimpi tersebut. Ketika
seseorang mendapatkan mimpi, ia yakin akan keberadaan orang-orang dan
peristiwa-peristiwa yang ia alami sebagaimana ketika ia sedang terjaga. Ia
berpikir bahwa semua ini benar-benar nyata, bahwa kehidupan dalam mimpinya tidak
akan berakhir dan akan berlangsung terus-menerus. Jika ada seseorang yang datang
menghampirinya dan berkata,"Anda saat ini sedang bermimpi, bangunlah", maka ia
tidak akan mempercayainya. Orang yang mengetahui tentang kenyataan tersebut akan
berpikir: "Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa hidup di dunia pun sementara,
sebagaimana mimpi belaka. Sebagaimana ketika terjaga dari sebuah mimpi, suatu
hari saya juga akan terbangun dan terjaga dari kehidupan dunia dan melihat
gambaran yang sama sekali berbeda, misalnya gambaran tentang akhirat….
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang
telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditetapkan.
Setsungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar, 39:42)
Setsungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar, 39:42)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar